KENDARI – Sebelumnya AS yang berprofesi sebagai pengajar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO) dilaporkan oleh mahasiswinya PE ke kepolisan atas dugaan pelecehan seksual yang dilakukan dirinya.

AS menyayangkan apa yang dilakukan oleh PE. Dimana dirinya sudah menganggap mahasiswi itu sebagai anaknya tapi kemudian mengadukan dirinya di Polresta Kendari.

“Saya kaget, kenapa sampai seperti ini. Saya sudah anggap dia sebagai anak dan tidak ada niat mau lecehkan dia,” ungkap AS, saat ditemui di salah satu warkop di Kendari, Jumat (2/9/2022) malam.

Dikatakannya, bahwa mahasiswinya itu sering berkomunikasi dengan dirinya via aplikasi pesan WhatsApp, dan komunikasi itu hanya sebatas untuk membahas hal-hal yang berkaitan urusan kampus. Selain itu, PE sering curhat kepada AS soal kondisi dan problem hidupnya sehari-hari.

“PE mengaku yatim piatu dan tinggal bersama neneknya di Kabupaten Muna setelah orang tuanya tak ada,” ungkap AS.

Mendengarkan curhatan PE, dirinya mengaku terharu dengan cerita-cerita mahasiswi tersebut. Olehnya itu, dia menawarkan kepada PE agar tak sungkan-sungkan meminta bantuan kepada dirinya, jika memang keadaan darurat.

“Anak ini sempat cuti. Dia tidak ada uang untuk mau bayar UKT. Dia minta tolong sama saya ditambahkan uang UKT-nya. Karena saya sudah niat akan bantu dia, makanya saya kirimkan dia uang, yang penting dia benar-benar mau melanjutkan kuliahnya,” ungkapnya.

Dilanjutkannya, saat Ia mengirimkan uang tersebut, posisi PE berada di luar Kota Kendari atau tepatnya di Kabupaten Muna. Namun, dia berjanji kepada dosennya itu, akan segera masuk di Kendari untuk membayar UKT sekaligus melakukan penawaran mata kuliah. Seiring berjalannya waktu, komunikasi keduanya sempat terhenti.

Pada Jumat 26 Agustus 2022, AS tiba-tiba mendapat pesan via WhatsApp dari pengadu yang menyampaikan posisinya sudah berada di Kendari.

“Dia WA saya duluan mengaku sudah di Kendari, di tempatnya temannya. Dia sudah bayar UKT dan menawar. Saya hanya bilang alhamndulillah, kemudian berpesan untuk kuliah baik-baik,” tambahnya.

Kemudian, teradu tiba-tiba teringat cerita mahasiswi tersebut, yang mengaku hidup dengan kondisi ekonomi pas-pasan.

Saat itu juga, kata dia, bertanya kepada PE, apakah sudah makan atau belum dan AS berencana membelikan makanan atau alternatif lainnya bingin mengajaknya makan, sekaligus mengajak rekan-rekannya yang ada di tempat persinggahan PE itu.

“Ini anak bilang terserah bapak saja. Makanya saya tawarkan, makan di luar saja, nanti saya jemput kalian,” tambahnya.

Setelah itu, PE menentukan lokasi penjemputan. AS menuju area by pass dan menjemput PE di tempat salah satu rekannya. AS sempat kaget, karena mahasiswi tersebut hanya seorang diri dan tidak ada rekan-rekannya yang akan ikut makan bersama.

Tanpa berfikir panjang, AS mengajak PE naik mobil dan menuju salah satu rumah makan di area MTQ Kendari. Usai makan, AS berencana mengantarkan PE pulang.

Namun, dia penasaran dengan cerita-cerita yang dilontarkan mahasiswinya itu selama ini, sehingga AS ingin menggali lebih jauh kisah kehidupannya PE sebagai yatim piatu.

“Saya mau tanya-tanya dia tentang kehidupannya, kebetulan nasib yang dialami ini, saya alami juga. Saya juga hidup sama-sama nenek ku dulu,” katanya.

Dalam perjalanan, dosen AS tertuju pada salah satu hotel di Jalan Made Sabara, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.

Sekitar pukul 21.00 Wita, AS lakukan chek-in kamar di hotel tersebut, sedangkan PE sempat menunggu dalam mobil sembari berkomunikasi dengan rekan-rekannya di HP.

“Saya mau dengar ceritanya, tapi tidak mau di tempat terbuka, jangan sampai ada yang lihat,” terangnya.

AS pun menyuruh PE naik di kamar yang telah dipesan. Tidak ada perlawanan, PE menurut dan masuk seorang diri di kamar tersebut. Tak lama kemudian, AS menyusul PE di dalam kamar dan terjadi pelukan antara keduanya.

“Posisi pintu terbuka, saat berpapasan depan pintu kamar, saya spontan peluk karena prihatin dengan kondisi dan ceritanya selama ini. Ini anak dia peluk juga saya tanpa ada perlawanan tapi tidak lama. Kemudian, saya simpan dia sendiri dalam kamar dan saya turun ke mobil,” ucapnya.

Saat akan kembali ke kamar hotel, AS tak lagi melihat PE. Dia (PE) telah bersembunyi di mess salah satu milik Pemda dan menunggu jemputan teman-temannya yang telah ditelpon. Dosen tersebut menelponnya, namun PE mengaku marah dan tidak terima dipeluk AS.

Lima hari setelah kejadian, PE akhirnya resmi mengadukan AS di Polresta Kendari, atas dugaan pelecehan seksual. ***