KENDARISulawesi Tenggara (Sultra) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Dengan lahan yang luas dan beragam jenis tanaman yang dapat ditanam, Sulawesi Tenggara memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai sentra pertanian di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Provinsi (Pemprov) telah memperkuat infrastruktur pertanian, seperti pembangunan irigasi, jalan, dan pasar.

Hal ini memudahkan para petani untuk mengembangkan usahanya dan menjual hasil pertanian mereka ke pasar yang lebih luas.

Selain itu, Pemprov Su;tra juga mengembangkan kemitraan dengan investor dan perusahaan swasta untuk mengembangkan pertanian di daerah ini.

Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian serta membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian mereka.

Potensi lahan produktif pertanian di Sultra seluas 2,858 juta ha yang terdiri dari sawah fungsional seluas 124,01 ribu ha dan non sawah (ladang/lahan kering) seluas 2,734 juta ha dengan berbagai jenis tanaman, seperti padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, dan lainnya.

Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk investasi di sektor pertanian, baik itu pengembangan lahan pertanian, pengadaan bibit unggul, pengolahan tanah, hingga pengolahan hasil pertanian.

Salah satu jenis tanaman yang sangat cocok untuk dikembangkan di Sultra adalah padi.

Gubernur Sultra, Ali Mazi saat mendampingi Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat panen raya di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) beberapa waktu lalu, menyebut bahwa sejauh ini wilayahnya merupakan wilayah subur yang memiliki area pesawahan luas dan tanah yang cukup subur dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Bahkan khusus untuk Sulawesi Tenggara saat ini sudah pencanangan area, kita menjadi penyuplai. Insya Allah pertanian kita semakin maju dan lebih baik,” jelas Ali Mazi dikutip dari laman Pemkab Koltim.

Ali Mazi juga meminta kepada pemerintah daerah di kabupaten/kota agar mendorong para pelaku usaha agar bisa menciptakan produk-produk daerah khususnya pertanian sehingga pasarannya bisa mendunia atau mengglobal.

“Saya mengimbau kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dan instansi terkait agar terus meningkatkan sinergitas antar stakeholder (pemangku kepentingan) dalam rangka mendorong peningkatan ekspor Sulawesi Tenggara,” kata Ali Mazi seperti dikutip dari Antara.

Baca Juga:  Gandeng UHO, BNI Perkuat Layanan Digital Lewat Program Campus Financial

 

Hamparan areal persawahan di Kabupaten Kolaka Timur/Dok. Pemprov Sultra.

Dia menyampaikan Pemda harus hadir mendorong dan memberikan motivasi kepada para pelaku usaha yang sudah siap, baik produk mete maupun komoditi lainnya agar lebih berusaha memasarkan produk usahanya ke pasar global.

Kata Ali Mazi, Pemda juga harus dapat lebih proaktif memfasilitasi dan membantu para pelaku usaha mengatasi permasalahan dalam mengembangkan komoditas ekspor baik berupa keterbatasan akses informasi pasar dan promosi ekspor, permasalahan bahan baku, keterbatasan orientasi ekspor, kurangnya permodalan, inovasi, dan permasalahan ekspor lainnya yang dihadapi pada saat ini.

“Hal ini diperlukan komitmen kuat semua pemangku kepentingan untuk melakukan penanganan terpadu di seluruh sektor baik hulu maupun hilir serta harus selalu proaktif dan jangan pasif,” ujar dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan Sultra memiliki potensi lumbung pangan terbesar di Indonesia karena terdapat hamparan sawah yang luas dan produktivitas padi yang cukup besar.

“Disini saya melihat panen raya provinsi Sultra sudah sangat baik karena produktivitasnya cukup besar. Diharapkan ke depannya, wilayah Sultra mampu meningkatkan produktivitas lebih tinggi lagi agar menjadi lumbung pangan terbesar di Indonesia,” ucapnya.

Di momentum berbeda, Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas menyebut bahwa potensi pertanian Sultra seperti beras dan jagung mengalami surplus serta beberapa komoditas lainnya telah diekspor.

“Cabai dan bawang merah dapat menekan inflasi. Tentunya ini dapat dikembangkan lagi,” tutur Wakil Gubernur Sultra Lukman Abunawas.

Lukman menambahkan, Pemprov beserta pemerintah kabupaten/kota telah mempersiapkan lahan untuk Program Sejuta Hektare Lahan dari Kementan.

Sejalan dengan program Sultra Produktif. Tentunya ini memerlukan kerja sama seluruh pemangku kepentingan, termasuk petani di Sultra.

Penyediaan lahan ini dimaksudkan guna memacu ketersediaan bahan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Memanfaatkan lahan tidur sehingga bisa produktif.

komoditas pertanian strategis seperti padi, jagung, dan kedelai ke depan akan ditanam di beberapa wilayah di Sultra.

Sebagai informasi, Program Sejuta Hektar Lahan diluncurkan pada Agustus 2022 lalu oleh Mentan, Syahrul Yasin Limpo.

Baca Juga:  Bank Sultra Imbau Nasabah Waspadai Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah
Gubernur Sultra, Ali Mazi saat bersama Menteri Pertanian RI dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Kolaka Timur beberapa waktu lalu/Dok. Pemprov Sultra.

Hal ini untuk merespon terjadinya perubahan iklim global, tekanan geopolitik, dan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung sehingga mengancam terjadinya krisis pangan.

Untuk mengembangkan sektor pertanian, Pemprov Sultra telah melakukan berbagai upaya, seperti penyediaan bibit unggul, pelatihan teknis pertanian, dan penyediaan sarana dan prasarana pertanian.

Selain itu, pemerintah juga menyediakan berbagai insentif untuk menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor pertanian di Sultra.

“Investasi di sektor pertanian di Sultra sangat menjanjikan. Dengan potensi pertanian yang sangat besar dan dukungan dari pemerintah daerah, sektor pertanian akan terus berkembang dan memberikan keuntungan yang besar bagi investor. Selain itu, investasi di sektor pertanian juga sangat penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan pangan dari luar negeri,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Parinringi belum lama ini.

Menurutnya, dalam melakukan investasi di sektor pertanian di Bumi Anoa, investor perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti lokasi lahan, jenis tanaman yang cocok untuk dikembangkan, ketersediaan air, dan dukungan dari pemerintah daerah.

“Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, investor dapat memaksimalkan keuntungan dari investasi di sektor pertanian,” imbuhnya.

Lanjutnya, dalam mengembangkan sektor pertanian di Sultra, investor juga perlu memperhatikan aspek hilirisasi.

“Hal ini karena hilirisasi akan memperkuat nilai tambah dari hasil pertanian yang dihasilkan. Beberapa contoh aspek hilirisasi yang dapat dilakukan adalah pengolahan hasil pertanian menjadi produk makanan olahan, pengolahan menjadi bioenergi, atau pengolahan pasca panen,” pungkasnya.

Bagi investor yang berminat untuk berinvestasi di sektor pertanian di Sultra, terdapat berbagai opsi investasi yang dapat dipilih, seperti investasi langsung di lahan pertanian atau investasi dalam perusahaan yang bergerak di sektor pertanian di daerah ini.

Dengan potensi pertanian yang besar dan dukungan pemerintah yang kuat, Sultra merupakan pilihan yang menarik bagi investor yang ingin berinvestasi di sektor pertanian.

Investasi ini tidak hanya menghasilkan keuntungan yang tinggi, tetapi juga membantu meningkatkan taraf hidup petani dan mendorong pertumbuhan ekenomi. (Adv)