KONAWE – Tim Dosen dari Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari mengadakan pelatihan kepada masyarakat dalam upaya mendukung program pemerintah terkait penganekaragaman pangan untuk mengurangi ketergantuangan pada beras serta mengoptimalkan pemanfaatan pangan lokal.

Pelatihan ini diberikan bagi kelompok tani di Desa Amesiu, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Adapun tema yang diusung dalam pelatihan ini adalah penerapan bengkoang dalam pemutihan sagu untuk pegembangan sinonggi instan dan sagu lempeng.

Tim Dosen tersebut berasal dari Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan serta Jurusan Agribisnis berjumlah lima orang terdiri dari Nur Asyik, Tamrin, Yusnah Indarsyih, Mariani dan Ilian Elvira.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Materi pelatihan merupakan inovasi baru dan pengkayaan variasi produk sagu di Sulawesi Tenggara. Kegiatan seperti ini sangat penting mengingat potensi sagu di Sulawesi Tenggra cukup tinggi,” kata Ketua Tim Nur Asyik.

Lanjutnya dari data BPS tahun 2019 menunjukkan, tanaman sagu tersebar di beberapa kabupaten wilayah di Sultra dan yang terbanyak terdapat pada lima wilayah kabupaten yang menjadi titik sentra perkebunan sagu meliputi Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Kolaka Timur.

“Pada Kabupaten Konawe, luas areal sagu adalah 1.362 Hektare. Areal kawasan populasi tanaman sagu di Konawe tersebar di semua wilayah di Konawe, di antaranya di Kecamatan Meluhu, Puriala, Abuki, Asinua, Besulutu, Bondoala, Sampara, dan Pondidaha,” imbuhnya.

Namun, kata Nur, sagu di wilayah ini sebagian besar masih diolah dalam secara tradisional.

Masyarakat umumnya menggunakan cara ditotok atau dengan alat pemarut. Pada tepung sagu basah yang dihasilkan kadang masih dijumpai sisa empulur, warnanya tidak terlalu putih dan masa simpannya rendah.

“Hal inilah yang mendasari pentingnya pelatihan ini dilakukan, sehingga pasca pelatihan ini diharapkan masyarakat mampu melakukan pengolahan sagu yang lebih baik dengan kualitas tepung sagu yang lebih putih dan lebih bersih dengan masa simpan yang lebih lama,” jelasya.

Selain proses pemutihan tepung sagu, masyarakat tani juga dilatih untuk membuat sinonggi instan dan sagu Lempeng.

Sagu lempeng adalah satu jenis olahan yang sagu yang berbentuk pipih, teksturnya ada yang keras dan ada yang lunak tergantung cara membuatnya.

Produk ini dapat dimakan sebagai snack atau bisa juga sebagai makanan utama bersama lauk pauk lainnya. Namun produk ini masih jarang dijumpai di wilayah Konawe dan Kota Kendari.

“Di Sulawesi Selatan makanan ini dikenal dengan nama Pogalu atau Kapurung dan Papeda di Maluku dan Irian. Prinsip pembuatan makanan khas ini pada dasarnya sama, yaitu mencampurkan tepung sagu dengan air panas secara perlahan-lahan sehingga terjadi proses gelatinisasi dan warnanya menjadi bening serta lengket. Cara ini memerlukan waktu yang tidak singkat serta kadang sinongginya tidak jadi, apalagi bagi pemula,” jelasnya.

Sementara itu, Tamrin menjelaskan dengan teknik yang diajarkan dalam pelatihan, pembuatan sinonggi dapat dilakukan dalam waktu yang lebh singkat dan tanpa ribet. Selain praktis dalam penyiapan dan penyajian, sinonggi instant juga dalam dapat dikemas dan dapat dijual dalam bentuk tepung kering, serta dengan mudah didistribusikan ke berbagai daerah.

Bahkan Sinonggi instant dapat dibawah atau dimasukkan ke dalam tas atau pun saku baju tanpa khawatir dengan aroma sagu pada umumnya.

“Kondisi instan dan praktis ini menjadi peluang Sinonggi instan untuk dijadikan sebagai produk usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,” jelasnya.

Awalnya kegitan ini direncanakan hanya untuk kelompok tani Desa Amesiu. Namun, rasa keingintahuan masyarakat yang cukup tinggi sehingga Kelompok tani dari desa Matabura dan Wawo One juga ikut menjadi peserta,” lanjutnya.

Kelompok tani ini telah menjadi anggota Sekolah Lapang di Desa Amesiu yang dibina oleh LSM Sintesa. Melihat antusias peserta yang begitu tinggi dalam proses pelatihan maka staf LSM Sintesa mengatakan bahwa akan melakukan rencana tindak lanjut (RTL).

“Kami akan melakukan rencana tindak lanjut (RTL) untuk kegiatan ini,” ungkal Direktur Sintesa Dede Sudair.

“Terima kasih karena telah memilih tempat kami sebagai lokasi kegiatan. Kami akan segera melaksanakan RTL dalam waktu dekat,” pungkasnya.

**