KENDARI – Kolaka merupakan salah satu wilayah administratif kabupaten di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang memiliki beragam kekayaan alam sebagai sektor unggulan yang berpotensi untuk dikelola oleh para investor.

Sesuai data capaian realisasi investasi berdasarkan kabupaten/kota tahun 2021, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Kabupaten Kolaka berada di urutan ke tiga terbesar.

“Realisasi investasinya mencapai Rp1.400 triliun,” beber Kepala DPMPTSP Sultra, Parinringi dalam keterangannya.

Dibawah kepemimpinan Bupati Ahmad Safei dan Wakil Bupati Muhammad Jayadin, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kolaka terus mempersiapkan dan memberikan kemudahan kepada para pengusaha dan investor guna terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Tak kalah dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Sultra, Wonua Sorume Kabupaten Kolaka juga menyimpan potensi disektor pertambangan, pariwisata, perindustrian, perkebunan, dan perikanan.

Pertambangan

Potensi mineral dan mineral nonlogam di Kabupaten Kolaka cukup besar. Potensi pertambangan nikel dengan perkiraan cadangan sekitar 1,3 miliar ton serta potensi magnesit dengan perkiraan cadangan sekitar 1,93 juta ton.

Potensi pasir kuarsa sebagai bahan utama pembuatan kaca juga ada di Kolaka dengan perkiraan deposit sekitar 1,05 juta m3, twrlebih lagi batu gamping atau batu kapur atau istilah luarnya biasa disebut “limestone” dengan cadangan deposit sekitar 4,33 miliar m3.

“Saat ini juga Pemkab Kolaka juga tengah mempersiapkan kawasan pengembangan potensi pertambangan. Diantaranya, rencana Wilayah Kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (WKP Migas) terdiri dari rencana WKP Bone Bay Blok seluas 8.044 km2 yang meliputi Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara, serta rencana WKP Blok Kolaka Dan Bombana,” beber Bupati Kolaka, Ahmad Safei.

Pariwisata

Pemkab Kolaka tak henti-hentinya merevitalisasi mengembangkan potensi-potensi pariwisata di bumi Mekongga itu. Diantaranya, Taman Wisata Alam (TWA) Mangolo; Tanjung Kayu Angin di Desa Sani-Sani, Kecamatan Samaturu; Pulau Padamarang di Desa Towua, Kecamatan Wundulako; dan tak ketinggalan Tamborasi, sungai terpendek di dunia dengan panjang aliran 20 meter dari hulu ke hilir dengan lebar 15 meter ini bermuara di Teluk Bone.

Industri

Kawasan pengembangan industri di Kabupaten Kolaka meliputi sentra industri besar yang mengolah mineral dan mineral nonlogam yang terdapat di Kecamatan Wolo, Samaturu, Latambaga, Kolaka dan Pomalaa. Serta sentra pengembangan industri sedang di Kecamatan Kolaka, Pomalaa, dan Kelurahan Mangolo, Kecamatan Latambaga yang akan dibangun menjadi kawasan industri perikanan.

Sementara industri rumahan tersebar di hampir seluruh kecamatan, dengan beragam produk mulai dari kerajinan tenun dan batik kain adat mekongga, kerajinan serat alam (nentu), kerajinan anyaman, kerajinan batu alam, penganan dodol coklat, penganan bagea mete, gula semut, madu hutan, minyak telur hingga meubel.

Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi dan Bupati Kolaka, Ahmad Safei dalam sebuah momen perbincangan/Ist

Perkebunan

Terdapat 18 jenis tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Kolaka, yakni: kelapa, kopi, kapuk, lada, pala, cengkeh, jambu mete, kemiri, kakao, enau/aren, kapas rakyat, kelapa sawit, tembakau, asam jawa, pinang, vanili, sahi dan nilam. Dari komoditas perkebunan tersebut empat diantaranya oleh Pemkab Kolaka dipersiapkan secara khusus kawasan perkebunan.

Kawasan perkebunan kakao saat ini memiliki luas tanam mencapai 29.166,76 hektar, dengan produksi mencapai 8.562,36 ton per tahun. Sehingga sebagai salah satu komoditas unggulan, Pemkab Kolaka tak segan-segan membangun letter sign bertuliskan “Kolaka Cocoa City” di bilangan Pantai Ria.

Melansir Publikasi Statistik Kakao Indonesia 2020 oleh BPS dan Publikasi Outlook Kakao Tahun 2020 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan), secara umum Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi daerah penghasil kakao terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi Sulawesi Tengah, dengan nilai produksi sebesar 115.023 ton dengan total luas area lahan perkebunan kakao mencapai 246.296 hektar.

Perikanan

Kawasan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kolaka dengan potensinya mencapai 37.500 ton namun saat ini produksinya baru mencapai 19.695,9 ton per tahun.

Untuk budidaya perikanan sendiri tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kolaka, meliputi budidaya perikanan laut, karamba, jaring apung, tambak sawah, dan kolam. Potensi wilayahnya mencapai 8.501,5 hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 4.684 hektar.

Disisi lain, komoditi rumput laut juga menjadi unggulan Kabupaten Kolaka, potensinya sekitar 7.000 hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 1.194,25 hektar.

Dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup, Kabupaten Kolaka terus berbenah mempercepat pembangunan infrastruktur wilayahnya sebagai bagian tak terpisahkan dari penunjang masuknya investasi di Kabupaten Kolaka dan secara luas di Sulawesi Tenggara.