KOLAKA – Bank Mandiri terus menunjukkan konsistensinya untuk mendukung percepatan hilirisasi industri melalui pembiayaan atau penyaluran kredit pada industri hilir.

Terbaru, Bank Mandiri ikut mengambil peran dalam pengembangan industri nikel di Tanah Air lewat pembiayaan dan kerjasama strategis dengan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI).

Langkah tersebut, selaras dengan inisiatif pemerintah dalam menyukseskan Proyek Strategis Nasional untuk memajukan hilirisasi industri nikel.

Wujud komitmen ini ditandai Bank Mandiri lewat kunjungan lokasi proyek CNI di Sulawesi Tenggara untuk memantau proses pembangunan smelter “Merah Putih” yang diproyeksi rampung tahun ini.

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengungkapkan sebagai agen pembangunan dan bank BUMN, Bank Mandiri punya peran aktif untuk memberikan nilai tambah terhadap perekonomian di dalam negeri.

“Kami berharap, pembangunan smelter ini dapat menjadi momentum kebangkitan industri nikel di Indonesia yang memiliki kualitas dan kapastitas setara atau lebih baik dari pemain global lainnya,” ungkap Darmawan dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/3).

Adapun, pembiayaan proyek ini dilakukan melalui skema sindikasi yang melibatkan Bank Mandiri, BJB, dan Bank Sulselbar.

CEO Ceria Group Derian Sakmiwata turut menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan Bank Mandiri, yang meningkatkan keyakinan CNI dalam menyelesaikan pembangunan smelter sesuai jadwal yang ditetapkan.

“Dengan dukungan ini, Ceria berharap dapat segera menyelesaikan pabrik pengolahan nikel yang akan menjadi kebanggaan Indonesia,” tegas Derian.
Derian menambahkan, kedatangan delegasi Bank Mandiri ke lokasi Ceria menandai kerjasama yang erat dalam mewujudkan smelter ‘Merah Putih’ sebagai lambang keberlanjutan industri nikel di Indonesia.

“Smelter ini dibangun dengan teknologi canggih Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memiliki salah satu tungku terbesar di negara ini dengan kapasitas 72 MVA yang digunakan untuk memproses bijih Nikel Saprolite menjadi Feronikel dengan kandungan nikel hingga 22%,” ungkapnya.

Ceria juga berencana menyelesaikan pembangunan RKEF Smelter Line 1 dan memulai konstruksi Konverter Nikel Matte pada tahun 2024 dengan harapan meningkatkan kadar nikel menjadi 73,69 persen.

“Langkah selanjutnya adalah memproses bijih nikel limonite dengan membangun pabrik HPAL untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Tujuan jangka panjangnya adalah mengolah MHP menjadi Nikel dan Kobalt Sulfat, serta mengkonversi Nikel Matte menjadi Nikel Sulfat secara bertahap. Nikel Sulfat yang dihasilkan akan diolah menjadi prekursor, komponen utama dalam pembuatan baterai,” ujar Derian menambahkan.

**