Pengendalian Inflasi Daerah, Pemprov Sultra Ikuti Rakor dengan Kemendagri
KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti Rakor Pengendalian Inflasi di daerah yang setiap pekan diselenggarakan melalui virtual oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri RI) di Ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Sultra, Senin (19/8/2024).
Rakor yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia dipimpin langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri, Tomsi Tohir dengan narasumber dari Kementerian atau Lembaga terkait.
Turut hadir dari jajaran Pemprov Sultra yakni Sekdis ESDM, Sekdis Ketapang, Perwakilan BPS, BI, dan dinas terkait.
Dikutip dari laman PPID Utama Provinsi Sultra, Tomsi Tohir dalam kesempatan itu menyampaikan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan oleh seluruh kepala daerah dan dinas terkait.
Pertama, menekankan pentingnya memantau harga komoditas utama yang cenderung mengalami kenaikan meskipun secara umum kondisi harga masih normal.
Komoditas seperti cabai dan beras perlu diawasi dengan ketat, terutama karena beras di 118 kota/kabupaten sudah berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Minyak goreng juga menjadi perhatian, dengan lebih dari 100 kota/kabupaten melaporkan harga yang melebihi HET.
Kedua, kepala daerah diimbau untuk serius memperhatikan realisasi pendapatan daerahnya masing-masing.
Pendapatan yang rendah bisa berdampak pada kesulitan dalam melaksanakan belanja, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan Pilkada.
Daerah-daerah yang saat ini berada di bawah rata-rata dalam hal realisasi pendapatan termasuk Sumatera Barat, Gorontalo, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Maluku, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, NTT, Sumatera Utara, Riau, Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Papua Selatan, Lampung, Sulawesi Tenggara, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, dan Provinsi Papua.
Ketiga, kepala daerah diminta untuk mengevaluasi kembali dan memastikan bahwa target realisasi pendapatan dapat tercapai dengan maksimal, mengingat pentingnya hal ini bagi keberlanjutan program-program daerah.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menyampaikan, berdasarkan history year of year pada bulan Agustus 2020—2024, selalu terjadi deflasi. Terkecuali pada Agustus 2021 yang mengalami inflasi, yang merupakan dampak dari COVID-19.
“Deflasi terdalam terjadi di Agustus 2022 yaitu sebesar 0,21 persen. Kelompok pengeluran yang dominan memberikan andil pada deflasi Agustus adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” ujarnya.
Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada bulan Agustus 2024 antara lain, bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, dan cabai rawit.
Penurunan inflasi pada komoditas bawang merah terjadi sejak Mei 2024. Kemudian, komoditas daging ayam ras sejak April 2024 dan cabai merah menyusul alami deflasi di bulan Juni 2024.
Meski menjadi kelompok pendorong utama pada deflasi Agustus 2024, beberapa komoditas lainnya seperti cabai rawit, beras, kopi bubuk kentang sigaret kretek mesin, dan sigaret kretek tangan, justru menjadi penyumbang inflasi.
**
Tinggalkan Balasan