KENDARI – Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang rendah dan stabil akan berdampak positif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan terjaganya daya beli.

Tingkat inflasi yang terjaga juga kondusif bagi para pelaku ekonomi untuk mengambil keputusan dalam melakukan kegiatan ekonomi, dengan demikian berdampak positif kepada pertumbuhan ekonomi daerah hingga nasional.

Hal ini yang akan terus menjadi fokus Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk terus dipertahankan khususnya usai Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sultra mendapat prestasi berkinerja terbaik di kawasan Sulawesi atau TPID Awards 2024.

Namun untuk mempertahankan kinerja tersebut tentu menjadi tanatangan tersendiri bagi Organisasi Perangkat daerah (OPD) terkait. Salah satunya bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra yang menjadi salah satu unsur penting dalam gerak langkah TPID.

TPID Sultra dinilai telah berhasil mengendalikan inflasi dengan langkah strategis dalam menjaga pasokan, produksi, dan mendorong hilirisasi hortikultura di daerahnya masing-masing sepanjang tahun penilaian.

Plt Kepala Disperindag Sultra, Laode Muh. Fitrah Arsyad menjelaskan terkait inflasi, pihak Disperindag khususnya bidang perdagangan dalam negeri akan tetap melakukan langkah-langkah konkret untuk tetap menekan laju inflasi.

Diketahui, pada bulan Juli 2024, inflasi Sultra berada di angka 1,73 persen. Hal itu ditandai dengan stabilnya harga komoditas secara umum bahkan cenderung menurun.

Dari rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra yang dirilis pada Kamis (1/8/2024), angka inflasi year on year berada pada angka 1,73 persen (sebelumnya 2,35 persen) atau di bawah angka inflasi nasional sebesar 2.13 persen.

Jika‬‭ diurutkan‬‭ dari‬‭ tingkat‬‭ inflasi‬‭ terendah,‬‭ angka itu menempatkan Sultra pada urutan ke-7 dari 38 provinsi di seluruh Indonesia.

“Saat ini inflasi di Sultra sebesar 1,73 persen dan merupakan satu prestasi yang mampu menekan inflasi sampai pada titik ini,” ujarnya.

Namun demikian, kata Fitrah, untuk menjaga kestabilan ini tidak akan mudah. Pasalnya, akan ada fluktuasi harga barang yang harus dijaga bersama agar masyarakat bisa menjangkaunya.

Kegiatan pasar murah yang digelar Disperindag Sultra mulai 6-9 Agustus 2024 di halaman kantor Disperindag Sultra dengan menggandeng Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sultra/Ist

Selain itu, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan TPID, Satuan Tugas (Satgas) Pangan, dan Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) untuk turun memantau di pasar-pasar tradisional dan beberapa distributor, yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pangan murah serta pasar murah.

“Memang sudah tugas utama dari bidang perdagangan dalam negeri yang mana output dari pemantaun tersebut akan kita kirimkan di Kementerian sebagai dasar penentuan indeks harga konsumen (IHK) untuk Kota Kendari. Seperti yang kami lakukan sebelumnya seperti gas LPG 3 Kg yang mengalami kenaikan di kota lain. Dan Alhamdulilah di Kota Kendari harganya masih stabil,” bebernya.

Sedangkan untuk melaksanakan pasar murah, lokasi pelaksanaannya akan dipantau lebih lanjut yang melihat nilai IHK kabupaten/kota yang ada di Sultra.

Merujuk data BPS per Juli 2024 tersebut, yang memperlihatkan angka inflasi tertinggi tercatat di Kota Kendari sebesar 2,02 persen. Untuk itu pihaknya pun telah mengintensifkan operasi pasar dengan menggelar pasar murah.

Pasar murah yang digelar selama empat hari mulai 6-9 Agustus 2024 di halaman kantor Disperindag Sultra itu menggandeng Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sultra.

Pasar murah tersebut menghadirkan sejumlah distributor kebutuhan pokok yang menjadi mitra Disperindag Sultra termasuk Perum Bulog Sultra.

Dalam kegiatan tersebut pihak Disperindag Sultra menyediakan sembako seperti minyak goreng dan beras dengan berbagai kemasan.

**