Sultra Jadi Wilayah Greenfield Nikel dengan Cadangan Terbesar Bakal Pikat Investor
KENDARI – Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah yang memiliki kandungan nikel, namun belum dieksplorasi (greenfield) selain Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Disebutkan bahwa cadangan komoditas nikel di Indonesia masih menjadi yang terbesar di dunia atau setara dengan 23 persen cadangan di dunia.
Total, Indonesia memiliki sumber daya nikel mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan jumlah cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, menyatakan, untuk produksi nikel kelas 2, seperti nikel pig iron (NPI) dan feronikel itu umurnya diperkirakan sekitar 6 sampai 11 tahun, tetapi kalau baterai nikel kelas 1, umurnya masih berkisar antara 25 sampai 112 tahun.
“Kalau kita lihat sekarang cadangan 5,2 miliar ton ya kira-kira hampir sama jumlahnya antara yang saprolit dengan limonite kemudian sumber dayanya sekitar 17 miliar ton, nah sumber daya Inilah yang harus kita alihkan menjadi cadangan dan diperlukan upaya eksplorasi detail,” ujar Irwandi dalam siaran persnya.
Berdasarkan Booklet Tambang Nikel 2020, peta sebaran lokasi sumber daya dan cadangan nikel diluar wilayah IUP/KK nikel di Pulau Sulawesi tahun 2020, menunjukkan Sulawesi Tenggara dengan 77 persen wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dengan potensi cadangan 2,6 milyar ton.
Melihat wilayah greenfield nikel yang masih luas dan menjanjikan dengan potensi cadangan yang besar dan peluang industri hilir nikel yang masih dibutuhkan tersebut, Sulawesi Tenggara menjadi salah satu pilihan yang menarik untuk dilakukan pengembangan investasi pada sektor pertambangan nikel.
Menanggapi hal tersebut, Kepala DPMPTSP Sultra, Parinringi mengatakan, bahwa potensi nikel yang dimiliki Provinsi Sulawesi Tenggara itu tentunya bakal menarik investor untuk menanamkan modalnya di sektor pertambangan nikel.
“Dengan potensi nikel yang kita miliki ini menjadi daya ungkit peningkatan investasi di Sultra,” kata Parinringi.
Selain itu, dengan banyaknya investor yang menanamkan modalnya di Sultra tentu juga akan meningkatkan pembangunan dan perekonomian daerah.
“Tentunya akan memberikan multiplayer effect terhadap peningkatan perekonomian daerah,” katanya.
****
Tinggalkan Balasan