KENDARI – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, menyebut kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kendari mengalami peningkatan.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kendari, Ellfi Syarifuddin, mengungkapkan jika dibanding tahun 2021 lalu, kasus DBD sejak awal Januari 2022 sampai Agustus 2022 sebanyak 184 kasus dan lima orang dinyatakan meninggal dunia.

Sedangkan pada tahun 2021 sejak Januari sampai Agustus hanya terjadi 148 kasus dengan tiga kasus meninggal dunia.

Ellfi membeberkan, kasus DBD paling banyak terjadi diwilayah Kecamatan Puuwatu sebanyak 40 kasus.

Baca Juga:  Lepas Ribuan Peserta Kendari Fun Run 2025, Siska Ajak Masyarakat Gelorakan Semangat Olahraga

“Kemudian juga diwilayah kerja puskesmas Lepo-lepo sebanyak 26 kasus, Kemaraya 25 kasus,” kata Ellfy, saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (20/9/2022).

Sebagai upaya meminimalisir terjadinya kasus demam berdarah yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti, Ellfi mengimbau agar masyarakat rutin memperhatikan dan membersihkan lingkungan sekitar yang dapat membuat genangan air.

“Metode yang paling efektiv untuk keluar dari penularan DBD itu hanya dengan memaksimalkan 3 M, yaitu Menguras, Mengubur, dan Menutup penampungan air. Karena kalau kita rutin lakukan itu maka tempat-tempat potensial untuk berkembangbiak nyamuk demam berdarah itu bisa kita hilangkan ini jentik-jentik nyamuk,” ujar Ellfi.

Baca Juga:  MTs Pesri Ukir Prestasi di Berbagai Ajang, Bukti Nyata Pengembangan Potensi Siswa

Ia juga menuturkan, pencegahan dengan melakukan penyemprotan fogging bukan merupakan solusi utama untuk pencegahan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

“Fogging itu bukan jalan keluar, bukan solusi utama. Fogging itu bahan kimia yang disemprot keluar. Fogging hanya efektiv untuk nyamuk dewasa dan dia (fogging) hanya efektiv sampai tujuh hari. Jadi kalau mau keluar dari DBD, ya itu tadi maksimalkan 3 M,” terang Ellfi. ***