Jaya Tamalaki Garap Film Bertajuk Abdul & Maria, Simak Sinopsis dan Jadwal Rilisnya!
KENDARI – Produser sekaligus penulis novel, Jaya Tamalaki kini bersiap menggarap film bertajuk ‘Abdul & Maria’. Film ini akan mengangkat genre romansa dengan bumbu isu toleransi beragama.
Dalam garapan film terbarunya, putra daerah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) itu akan melibatkan hingga 500 orang yang akan dipilih melalui Open Casting.
Casting tersebut akan dilaksanakan pada 19 Agustus 2023 mendatang di Kota Kendari dan menyusul di kabupaten dan kota lingkup Sultra setelahnya.
Jaya juga menjelaskan, untuk target penayangan atau rilis film tersebut pada bulan Februari 2024 bertepatan dengan Hari Valentine.
“Film Abdul & Maria ini juga akan mengambil lokasi syuting 80 persen di Sulawesi Tenggara dan isi oleh pemain putra dan putri terbaik Sultra yang memiliki bakat di perfilman. Sekitar 300 sampai 500 pemain dan akan dibintangi oleh pemain film ternama dari Jakarta dan dari warga negara Italia,” ujar Jaya, Rabu (16/8/2023).
Dijelaskannya, Film Abdul & Maria akan mengangkat genre romansa yang bercerita tentang fitrah manusia, cinta, dan spiritual.
Sinopsis Film ‘Abdul & Maria’
Film Abdul & Maria bercerita tentang seorang pemuda asal Sultra bernama Abdul yang memiliki hobi sebagai fotografer, putra tunggal Kepala Dinas Kemenag Sultra.
Lalu Maria seorang penganut agama Katolik taat, putri dari pasangan Paulus Alexsandro Yohakim mantan diplomat Italia untuk Indonesia dan wanita pengacara asal Solo.
Profesi Maria sebagai seorang Arkeolog lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) mengantarkannya ke Sultra untuk meneliti situs-situs sejarah. Kemudian Abraham Yusak, yang dipanggil Bram, seorang arkeolog asal Italia beragama Yahudi.
Bram merupakan seorang pria yang tumbuh dengan doktrin anti-semit yang kental dikarenakan pendahulu dari keluarganya merupakan korban pembantaian Nazi Jerman (peristiwa Holocaust) saat era perang dunia.
Kemudian, Maria, Bram, dan 2 rekan Maria lainnya yaitu Greci dan Rosa tertarik meneliti Goa Tengkorak di Pulau Labengki, Sultra.
Menurut Maria, simbol-simbol yang ada di dalam berbagai tulisan dan gambar di Goa Tengkorak tersebut boleh jadi berhubungan dengan budaya dan kepercayaan mitologi bangsa Mesir Kuno dan Yunani. Ketertarikan Maria dengan Goa Tengkorak yang ada di Pulau Labengki bermula dari foto-foto yang diunggah ke laman media sosial milik Abdul.
Bram ternyata diam-diam menyimpan rasa cinta kepada Maria. Namun Maria diam-diam menyimpan rasa terhadap Abdul dan begitu juga Abdul. Terjadilah cinta segi tiga antara Abdul, Maria, dan Bram yang berbeda latar belakang sosial, budaya dan agama.
Selain sisi romansa, film ini juga menceritakan sisi tragedi dan kekacauan akibat serangkaian misteri pembunuhan yang dialamatkan kepada tim ekspedisi hingga melibatkan pemerintah Indonesia dan Italia.
Abdul sebagai pemandu tim ekspedisi harus berjibaku menolong dan menyelamatkan rekan-rekannya dari tragedi dan kekacauan tersebut. Aksi heroik Abdul membuat Maria yang selama ini membentengi hatinya perlahan-lahan mulai runtuh yang akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada Abdul, namun keduanya sadar jika ada jurang yang terlalu lebar menghalangi keduanya.
Upaya keluarga Abdul dan Maria memisahkan keduanya karena alasan keyakinan dan status sosial, berakhir sebaliknya. Situasi dramatis, dan pengorbanan Abdul dalam upaya menyelamatkan Maria dan kawan-kawan, akhirnya secara natural menghapus semua alasan untuk memisahkan keduanya. Sehingga tergenapilah apa yang dikatakan dalam sepenggal dialog dari film ini.
“Kita memang berbeda secara keyakinan, tetapi sefitrah secara kemanusiaan”
Diakhir cerita, film yang secara makna mengisahkan percintaan spiritual antara ayahanda Rasulullah SAW (Abdullah) dan Ibunda dari Yesus Kristus (Maria) berhasil menghabisi semua argumen dan alasan penantang cinta Abdul & Maria. Akhirnya, keduanya menjalani takdir cinta yang harganya sangat mahal.
Kisah dramatis film ini, melampaui kisah cinta Romeo dan Juliet. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa cinta adalah jawaban dari semua pertanyaan dan perbedaan.
“Tuhan menciptakan manusia dalam berbagai bangsa tetapi mengikatnya dalam satu fitrah cinta dan kemanusiaan yang sama”.
***
Tinggalkan Balasan