KOLAKA UTARA – Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) bekerjasama dengan LPPM Intens Kolut menggelar seminar hasil studi determinan stunting, pada Rabu (3/7/2024).

Penjabat (Pj) Bupati Kolut, Sukanto Toding saat membuka kegiatan itu menegaskan mengenai pentingnya penanganan stunting dalam rangka mencapai Indonesia Emas 2045.

“Stunting merupakan persoalan serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Kolaka Utara,” ungkapnya, seperti dikutip dari kolutkab.go.id.

Pj Bupati menyebutkan bahwa aat ini, prevalensi stunting di Kabupaten Kolaka Utara adalah 24,8%, mengalami penurunan sebesar 4,3% dari 29% di tahun sebelumnya, berdasarkan data SSG Tahun 2022. Angka ini masih jauh dari target penurunan menjadi 14% pada tahun 2024.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan faktor determinan stunting pada balita di Kabupaten Kolaka Utara. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed method) dengan desain penelitian kasus kontrol untuk penelitian kuantitatif dan etnografi untuk penelitian kualitatif.

Baca Juga:  Kolut Bakal Tampilkan Tenun Khas Daerah di Gelaran HUT ke-45 Dekranas

“Data kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terhadap 100 kasus balita usia 6 sampai 9 bulan dan 200 kontrol balita usia 6 sampai 59 bulan. Sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui diskusi kelompok terarah (FGD) dengan informan kunci mengenai pola makan ibu selama hamil, pola makan anak, serta kebiasaan dan budaya setempat,” jelasnya.

Beberapa variabel yang diteliti sebagai determinan stunting antara lain adalah identitas orang tua, identitas anak, akses air bersih, sanitasi, kebersihan, pengetahuan ibu, riwayat antenatal care, kepatuhan terhadap posyandu, kebiasaan makan ibu dan anak, food taboo, dan pola asuh anak.

Analisis data dilakukan dengan metode regresi logistik berganda untuk data kuantitatif, serta analisis tematik untuk data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima faktor risiko utama kejadian stunting di Kolaka Utara, yaitu riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama kehamilan, kepemilikan SPAL, pendidikan ibu, asupan gizi ibu dan balita, serta pendapatan keluarga.

Baca Juga:  Wabup Kolut Temukan ASN yang 2 Tahun Tidak Bekerja dan Tetap Menerima Gaji

Berdasarkan temuan ini, beberapa kebijakan yang dapat diimplementasikan antara lain, Pengembangan kapasitas posyandu sebagai pusat layanan kesehatan gizi dan ibu hamil. Program kesehatan mobile dengan kunjungan rumah bagi ibu hamil berisiko tinggi.

Monitoring dan evaluasi rutin distribusi suplemen makanan tambahan untuk ibu hamil. Program bantuan sosial untuk keluarga kurang mampu guna memastikan akses makanan bergizi. Subsidi atau bantuan untuk pembangunan SPAL bagi masyarakat kurang mampu. Kampanye sanitasi lingkungan. Program wajib belajar minimal 12 tahun dengan peningkatan akses pendidikan, khususnya di daerah dengan tingkat pendidikan rendah, serta pemberian bantuan pendidikan khusus untuk perempuan.

“Seminar ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan strategi yang tepat dalam upaya penanganan stunting di Kabupaten Kolaka Utara menuju masa depan yang lebih sehat dan produktif,” pungkas Sukanto Toding.

**