Sambangi Ranomeeto Barat, Radhan Nur Alam Dicurhati Warga Soal Konflik Agraria
KONAWE SELATAN – Bakal calon pasangan Bupati Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Muh. Radhan Algindo Nur Alam (RNA) dalam kunjungan silaturahminya di Kecamatan Ranomeeto Barat mendapat curhatan warga soal konflik agraria.
Salah satu warga Ujang Uskadiana saat menemui Radhan bercerita bahwa dirinya yang tinggal di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Arongo merasa perlu adanya penyelesaian masalah konflik agraria yang bertahun-tahun belum terealisasi.
Dirinya pun berharap dengan majunya Radhan berpasangan dengan Rasyid di Pilkada Konsel mendatang dapat menghadirkan keadilan kepada seluruh masyarakat.
“Harapan saya berdua ini menjadi Bupati dan Wakil Bupati tentunya yang didukung oleh masyarakat, didukung oleh Tuhan dan ketika mereka sudah menjabat sesegera mungkin menyelesaikan konflik agraria yang lahanya dirampok, umumnya seluruh rakyat petani Konsel,” harap Ujang yang juga Ketua Serikat Tani Konawe Selatan (SPKS), Sabtu (30/3/2024).
Kata Ujang, hingga saat ini masyarakat masih memperjuangkan hak yang sebelumnya telah dijanjikan oleh pihak Dinas Transmigrasi sebagai pihak yang dianggap masyarakat transmigran telah mendatangkan mereka dari daerah asal.
Padahal dalam kesepatakan antara para transmigran dengan dinas terkait tanah yang seharusnya petani terima adalah sebesar 2 hektar lengkap dengan sertifikatnya.
Namun, saat ini mereka hanya menerima 1 hektar tanah yang terdiri dari lahan pekarangan dan lahan garapan.
Hal ini diperparah dengan telah terjadi pengalihan penguasaan tanah dari anggota transmigrasi kepada pihak yang bukan angota dengan metode pembelian di bawah tangan.
Masuknya perusahaan perkebunan yang berinvestasi yakni PT Merbau juga menambah semakin rumitnya masalah tumpang-tindih pemilikan dan penguasaan tanah di lokasi UPT Arongo.
“Kami dari (pulau) Jawa didatangkan kesini diberikan tanah 2 hektar, tapi yang diberikan hanya 1 hektar oleh Pemda Konsel, 1 hektarnya kemana. Itupun yang 1 hektar diambil lagi oleh PT Merbau jadi lahan kami tinggal seperempat. Boro=boro diganti rugi diberitahu saja tidak,” tegasnya.
“Karena yang bukan yang dirampas oleh PT Merbau ini bukan warga transmigran saja tetapi warga lokal juga puluhan ribu termasuk dibohongi oleh PT Merbau,” kata Ujang.
Dirinya juga membeberkan selain di wilayahnya, banyak masalah konflik agraria yang terjadi melibatkan transmigran di Konsel, seperti di UPT Roda Kecamatan Kolono, UPT Tolihe Kecamatan Palangga, UPT Amohola I dan II Kecamatan Moramo, hingga warga transmigrasi Bakutaru.
Bahkan warga lokal pun juga banyak menuai konflik agraria seperti di Kecamatan Laonti dan Kecamatan Laeya.
Menjawab hal itu, Radhan menyebut komitmenya untuk menyelesaikan konflik agraria tersebut.
“Saya ingin berdiri di atas lutut saya sendiri, tidak mau diintervensi oleh siapapun atau pihak manapun, hal ini untuk memberikan kesejahteraan kepada warga. Ini bukan narasi politik atau janji politik, kita harus lihat juga apa manfaat dari investasi untuk ekonomi masyakat dan APBD Konsel, investasi yang masuk harus membantu ekonomi masyarakat. Bukan segelintir orang,” tegas Radhan.
Radhan menyebut potensi dari sektor pertanian Konsel sangat besar dan jika terus diganggu dengan konflik agraria yang memperparah kondisi petani.
“Saya akan menjaga integritas dan idealisme saya, potensi Konawe Selatan ini kuat pertaniannya. Kalau diganggu dengan masalah agraria tentu akan mempengaruhi petani-petani kita,” pungkasnya.
**
Tinggalkan Balasan