KENDARI – Tradisi Mobasa Basa merupakan kegiatan doa bersama untuk memohon keselamatan atau mengirimkan doa untuk leluhur yang telah meninggal dunia.

Mobasa Basa juga dimaksudkan untuk mengucap rasa syukur kepada sang pencipta atas segala rahmat dan karunianya.

Secara bahasa, Mobasa Basa bermakna membaca, yang diartikan berkumpul bersama untuk berdoa kepada tuhan.

Tradisi Mobasa Basa ini juga pada dasarnya sama dengan tradisi Kenduren di masyarakat etnis Jawa. Di masyarakat Buton dan Muna dikenal dengan Haroa. Sementara di masyarakat Bugis Bone dikenal dengan Mappadekko.

Dalam pelaksanaannya, Mobasa Basa ini dihadiri oleh para tetangga atau kerabat dekat dan dipimpin oleh tokoh adat.

Namun dalam perkembangannya dengan sentuhan syariat Islam, Mobasa Basa ini dipimpin oleh tokoh agama, sehingga mantra yang dirapalkan juga bertransformasi menjadi doa sebagaimana tuntunan ajaran Islam.

Baca Juga:  Walhi Sultra Ungkap Aktifitas PT VDNI dan PT OSS Picu Penyakit Saluran Pernafasan

Sebelum ritual ini dimulai, kepada yang punya hajat atau tuan rumah akan menyiapkan beberapa penganan makanan. Penganan nasi ketan yang diungkep serta dicetak membentuk seperti gunung dan dipuncaknya diberi telur rebus menjadi wajib sebagai bentuk sesaji bersama segelas air putih dan segelas minuman berwarna seperti kopi atau teh menjadi wajib dihadirkan bersama penganan lainnya.

Selanjutnya orang-orang yang diundang kemudian akan duduk mengitari penganan makanan itu dan kemudian pemimpin Mobasa Basa akan memulai membaca doa sembari membakar dupa.

Pembakaran dupa ini dipercaya sebagai pengantar mantra atau doa kepada sang pencipta. Doa yang dirapalkan pun sesuai hajat keinginan tuan rumah.

Baca Juga:  Pemkot Kendari Gelar Gerakan Pangan Murah Selama 4 Hari di Balai Kota

Hajat tersebut bisa berupa ungkapan syukur bisa bertemu kembali dengan bulan suci ramadan biasanya digelar sebelum 1 ramadan, hajat syukur telah berpindah dan mendiami rumah baru, dan ataupun hajat mengirim doa kepada leluhur yang sudah meninggal dunia.

Usai ritual ini dilaksanakan, yang diakhiri doa bersama, penganan yang telah disiapkan tadi kemudian disantap bersama, tetangga yang tak sempat hadir pun akan diberi.

Ritual Mobasa Basa ditengah-tengah etnis Tolaki mengandung nilai-nilai religius, gotong royong dan memupuk silaturahmi antar sesama.

Budaya Mobasa Basa ini hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat Suku Tolaki yang mendiami wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra).

***/arl