KOTA BAUBAU – Berkunjung ke Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) terkhusus di Benteng Keraton Buton, menjadi hal wajib untuk melihat dan menapakan kaki ke Masigi Ogena.

Masigi Ogena merupakan Masjid Agung Kesultanan Buton yang berdiri sejak tahun 1541. Hingga saat ini di usianya yang hampir setengah milenium itu tetap berdiri kokoh dan digunakan sebagai sarana ibadah dan kegiatan keagamaan.

Masihi Ogena didirikan Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis. Saat pertama didirikan bentuknya masih sederhana. Hanya terbuat dari dinding papan, beratap alang-alang, dan berlantai tanah.

Baca Juga:  Oknum Anggota DPRD Koltim Jadi Tersangka Penggelapan Dana Penjualan Merica

Hingga pada pemerintahan Sultan Sakiuddin Darul Alam pada tahun 1712, masjid ini direhabilitasi. Dindingnya diganti batu yang disusun rapi dengan spesi pasir dan kapur. Atapnya pun berganti menggunakan anyaman daun nipah.

Tahun 1929, pemerintahan Sultan Buton ke-37, La Ode Muhammad Hamidi Qaimuddin bangunan masjid direnovasi. Atap masjid menggunakan material seng. Tangga naik dan bagian dalam masjid diganti menggunakan campuran semen, pasir, dan kapur.

Konon Masigi Ogena merupakan penggambaran tubuh manusia dan rukun Islam. Seperti 313 potong kayu yang digunakan untuk membangun masjid ini dianalogikan sesuai jumlah tulang pada tubuh manusia.

Baca Juga:  Ekonomi Sultra Terus Tumbuh, Pj Gubernur Sebut Pentingnya Penguatan Sektor Riil

Kemudian jumlah 17 pada anak tangga masuk masjid sama dengan jumlah rakaat pada salat wajib yang dilakukan umat Islam dalam sehari semalam.

Bahkan pintu dan jendela yang berjumlah 12 ini juga dianalogikan dengan 12 lubang yang berada di tubuh manusia.

Masjid yang terletak di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau ini hanya berjarak sekitar 5,2 km dari Bandara Betoambari, Kota Baubau atau 3,5 km dari Pelabuhan Murhum. ***