JAKARTA – Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), mengakui Hari Raya Idulfitri dan IdulAdha sebagai hari besar keagamaan.

Hal itu, atas Usulan Indonesia dan telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Eksekutif UNESCO.

Dengan dukungan lebih dari 30 negara sebagai co-sponsor, proposal itu telah dibahas dan diputuskan dalam pertemuan Dewan Eksekutif UNESCO ke-219, di Markas Besar UNESCO Paris, Prancis, pada Maret 2024 lalu, melalui Draft Decision 219/EX 37.

Kabar gembira bagi umat Muslim tersebut, disampaikan langsung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia-Paris, dalam siaran persnya belum lama ini.

Proposal itu menjadi bagian dari upaya diplomasi Indonesia, untuk mempromosikan toleransi antar agama, serta keragaman budaya dan agama di UNESCO.

Pengakuan resmi dari organisasi internasional seperti UNESCO, akan mendorong pemahaman global tentang nilai-nilai budaya dan agama, serta meningkatkan status dan citra perayaan keagamaan tersebut di mata dunia.

Keputusan itu memiliki signifikansi penting bagi Indonesia, terutama sebagai salah satu negara dengan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia.

Penetapan ini akan memperkuat profil Indonesia di panggung internasional, menegaskan nilai-nilai penting yang dijunjung tinggi oleh Indonesia seperti keberagaman, solidaritas, persatuan, dan kebersamaan.

Melalui proposal itu, Indonesia meminta UNESCO untuk mengambil langkah positif dalam mendorong nilai inklusivitas terhadap keragaman budaya dan keagamaan, terutama dalam penghormatan terhadap hari raya yang penting bagi seluruh umat Muslim di dunia.

Pengakuan itu tidak hanya akan mengirim pesan penting tentang toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan agama dan budaya di tengah masyarakat global yang semakin terhubung.

Tetapi juga akan memperkuat identitas keagamaan dan keberagaman lokal di negara-negara yang merayakan Idufitri dan Iduladha.

Selain itu, pengakuan ini memiliki potensi multiplier effect, yaitu mempromosikan pariwisata religi di Indonesia dengan menarik wisatawan untuk mengalami perayaan Idulfitri dan Iduladha secara langsung di tempat asalnya.

Dalam konteks meningkatnya sentimen Islamofobia, pengakuan terhadap Hari Raya Idulfitri dan Iduladha juga berperan penting dalam mempromosikan toleransi dan dialog antar agama, serta berkontribusi positif terhadap upaya menciptakan perdamaian.

Keputusan itu juga akan mengubah jadwal dan agenda UNESCO, dengan menjamin bahwa tidak akan ada pertemuan resmi yang dijadwalkan pada tanggal yang bersamaan dengan Hari Raya Idulfitri dan Iduladha.

**