AMBON – Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali mencatatkan kinerja ekonomi yang positif. Berdasarkan rilis resmi data ekonomi triwulan II tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Sultra tercatat mencapai 5,89 persen (yoy). Lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12 persen (yoy).

Capaian ini sekaligus menegaskan posisi Sultra, sebagai salah satu daerah penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional di kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua).

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Asrun Lio saat mewakili Gubernur Sultra dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Sulampua Triwulan III Tahun 2025, yang diselenggarakan di Ballroom Santika Hotel, Ambon, Maluku, Kamis (21/8/2025).

Rakorwil tersebut mengangkat tema ‘Akselerasi Pembiayaan Inklusif untuk Memperkuat Ekonomi Sulampua’

“Rilis Q2’25 atau laporan resmi mengenai data ekonomi untuk periode April–Juni 2025 menunjukkan bahwa ada lima provinsi di Sulampua, termasuk Provinsi Sulawesi Tenggara, yang tercatat memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 5,12 persen (yoy). Sedangkan khusus untuk Sultra mencapai 5,89 persen,” terang Sekda.

Baca Juga:  10 RUU Kabupaten/Kota akan Dibahas, Buton hingga Kolaka Masuk Daftar

Asrun Lio menambahkan, perekonomian Sulampua pada Q2’25 tumbuh 5,12 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,03 persen. Pertumbuhan ini, kata dia, menyamai capaian nasional di angka 5,12 persen.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan Sultra ditopang oleh sektor pertambangan, perdagangan, konstruksi, dan informasi-komunikasi.

Sementara dari sisi pengeluaran, pendorong utamanya berasal dari perbaikan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), net ekspor, dan konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT).

Namun, di tengah laju pertumbuhan tersebut, tantangan inflasi masih membayangi.

“Berdasarkan berita resmi statistik per 1 Agustus 2025, sebanyak 38 provinsi mengalami inflasi, termasuk Sultra. Tingginya pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulampua perlu didukung dengan laju inflasi yang rendah dan stabil,” jelasnya.

Baca Juga:  Gen Z dan Milenial di Sultra Banyak Pakai Pinjol Ilegal karena FOMO

Menurut Sekda, pada Juli 2025, lima provinsi dengan inflasi tahunan terbesar berada di wilayah Sulampua. Papua Selatan tercatat tertinggi, sedangkan Papua Barat justru menjadi provinsi dengan inflasi terendah di Indonesia.

Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulampua adalah emas perhiasan, cabai rawit, beras, tomat, dan ikan layang. Meski begitu, Bank Indonesia memproyeksikan inflasi 2025 masih berada dalam rentang sasaran, yakni 2,5 ± 1 persen.

Lebih lanjut, Rakorwil Sulampua TW III 2025 juga merumuskan tindak lanjut untuk menjaga momentum pertumbuhan sekaligus mengendalikan inflasi.

Diantaranya, peningkatan penyaluran kredit produktif, inovasi skema pembiayaan, serta langkah teknis pengendalian harga pangan melalui distribusi beras SPHP, Gerakan Pasar Murah (GPM), Gerakan Tanam Barito, hingga pemanfaatan teknologi penyimpanan pangan.

**