KENDARI – Kasus penganiayaan yang menyeret oknum anggota Polres Konawe Utara, Bripda Laode Isnardin terus bergulir.

Pada Selasa, 26 Agustus 2025, korban berinisial AR (25) diperiksa maraton selama delapan jam di Bidang Propam Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).

Pemeriksaan berlangsung sejak pagi hingga sore itu dengan agenda penggalian keterangan detail dari korban terkait kekerasan yang dialaminya.

Usai pemeriksaan, perwakilan keluarga korban, Rumi Indrayani mengungkap sederet fakta mengejutkan yang selama ini ditutup rapat oleh korban.

Baca Juga:  Oknum Polisi Diduga Bekingi Penjualan BBM Subsidi Ke Perusahaan Tambang, Bidpropam Diminta Usut

Menurut Rumi, hubungan asmara antara korban dan pelaku sudah terjalin delapan bulan.

Namun, di balik itu, korban rupanya telah berkali-kali menjadi sasaran penganiayaan.

“Korban ini sudah sering dianiaya oleh pelaku, bahkan sudah lebih dari 10 kali. Tapi dia takut lapor keluarga karena sering diancam akan dibunuh dengan pisau,” ungkap Rumi.

Ancaman itu membuat korban bungkam setiap kali mendapat perlakuan kasar.

Namun, situasi berubah setelah peristiwa pada Jumat, 23 Agustus 2025 dini hari di BTN Baruga Saranai Lestari, Kendari.

Baca Juga:  Oknum Polisi yang Aniaya Pacar Terancam PTDH dan Pidana, Kapolres Konut Minta Maaf

Kala itu, pelaku kembali melampiaskan kekerasan hingga wajah korban lebam dan penuh memar.

“Yang kemarin itu paling fatal, sampai wajah korban lebam dan penuh memar. Kalau sebelumnya, setiap kali dianiaya, korban ini tidak pernah berani mengaku,” tambah Rumi.

Keluarga korban kini menuntut agar kasus ditangani secara transparan tanpa intervensi.

“Pihak keluarga berharap kasus ditangani dengan transparan dan berdasarkan prosedur hukum agar pelaku ini dihukum,” tegasnya.

**