Buka Festival Liangkabori 2025, Wagub Sultra: Identitas Penting bagi Peradaban Kuno Muna
MUNA – Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Hugua secara resmi membuka Festival Liangkabori ke-3 tahun 2025 yang digelar pada 11 hingga 18 Juli 2025 di Desa Liangkabori, Kabupaten Muna.
Mengusung tema ‘Lestarikan Budaya Leluhur, Daseise Lalo Damowanu Liwu’, festival ini dilaksanakan di kawasan bersejarah pelataran gua Liangkabori, salah satu situs prasejarah terpenting di Sultra.
Pembukaan Festival Liangkabori ini dimeriahkan dengan sejumlah, seperti Tari Linda, Kago–Kago dan penerbangan simbolis Kaghati Kolope.
Selain itu, ada juga penayangan prosesi pembuatan tenun mewarnai perayaan festival sekaligus peringatan HUT Desa Liangkabori ke-28.
Turut hadir dalam acara itu Bupati Muna, Wakil Bupati Muna, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sultra, perwakilan LIPI dan BRIN, Bupati Buton Tengah, Sekda Muna Barat dan sejumlah pejabat terkait lainnya, serta masyarakat lokal, komunitas budaya, hingga wisatawan yang mengikuti berbagai rangkaian acara.
Dalam arahannya, Hugua menekankan bahwa Festival Liangkabori bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga cerminan identitas mendalam masyarakat Pulau Muna dan Sultra secara keseluruhan.
“Festival Liangkabori bagi Sulawesi Tenggara, khususnya Pulau Muna, merupakan sebuah identitas budaya yang sangat penting. Liangkabori adalah salah satu situs peradaban kuno yang diyakini telah ada sejak 60 ribu tahun sebelum masehi. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Gravity University,” ujar Hugua, Jumat (11/7/2025).
Di dalam gua Liangkabori terdapat berbagai gambar dan lukisan dinding yang merepresentasikan kehidupan masa lampau, seperti bentuk flora, fauna, telapak tangan, dan perahu.
Temuan-temuan ini menjadi bukti bahwa peradaban di wilayah Muna sudah ada sejak zaman prasejarah.
“Oleh karena itu, keberadaan Festival Liangkabori tidak hanya menjadi upaya pelestarian budaya leluhur, tetapi juga penegasan jati diri dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Tenggara,” bebernya.
Wakil Gubernur juga menyoroti keberadaan layang-layang tradisional Kaghati Kolope yang berasal dari daun dan telah menjadi warisan budaya turun-temurun masyarakat Muna.
Dalam Festival Liangkabori, lomba layang-layang kuno menjadi salah satu daya tarik utama yang bahkan diikuti oleh peserta dari luar negeri.
“Festival ini pasti akan mempromosikan tata nilai lokal. Selain situs budaya di dalam Liangkabori, ada juga Kaghati Kolope, layang-layang kuno yang masih lestari sampai hari ini. Menariknya, ada juga orang asing yang datang untuk ikut serta dalam perlombaan layang-layang ini,” jelas Huha.
Hugua pjn menyampaikan harapan agar Festival Liangkabori dapat menjadi event tetap dalam kalender pariwisata tahunan Sultra.
Menurutnya, festival semacam ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis budaya dan pariwisata, serta memperkuat integrasi antara warisan leluhur dan kehidupan masyarakat masa kini.
“Budaya lama dan budaya sekarang sudah menyatu menjadi hasanah yang bukan sekadar kenangan masa lalu, tetapi menjadi bagian dari kehidupan dan ekonomi masyarakat. Jika ini berjalan secara simultan, saya percaya Sulawesi Tenggara bisa menjadi sokoguru ekonomi penting di sektor pariwisata nasional,” tuturnya.
Dia juga menegaskan sektor jasa, khususnya pariwisata, berpotensi memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan daerah hingga menyumbang devisa negara.
Menutup arahannya, Wakil Gubernur mengucapkan selamat kepada Pemerintah Kabupaten Muna atas terselenggaranya festival ini.
“Selamat kepada Pemda Kabupaten Muna atas penyelenggaraan Festival Liangkabori. Semoga Liangkabori semakin mantap, Kabupaten Muna semakin sejahtera, dan seluruh masyarakatnya semakin maju, aman, sejahtera, dan religius sebagaimana visi ASR-Hugua,” pungkasnya.
**
Tinggalkan Balasan