BOMBANA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Pertemuan Teknis Technical Assistant bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bombana tahun 2023, Senin (18/9/2023).

Turut hadir dalam kegiatan tersebut tim dari perwakilan BKKBN Provinsi Sultra, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan keluarga Berencana (DPPKB) Bombana, serta beberapa instasi terkait.

Kegiatan yang dibuka oleh Sekda Bombana Man Arfa tersebut berlangsung di aula Kantor Bappeda Kabupaten Bombana.

Pertemuan itu menjadi momen penting dalam mereview pelaksanaan percepatan penurunan stunting di tingkat kabupaten/kota.

Selain itu, pertemuan ini bertujuan membangun serta meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan sinergi lintas sektoral di tingkat kabupaten/kota. Langkah-langkah konkret dan komitmen bersama dalam upaya percepatan penurunan stunting hingga tahun 2024 juga menjadi bagian dari agenda pertemuan ini.

Sekda Bombana Man Arfa dalam sambutanya mengatakan stunting menjadi isu nasional yang harus dituntaskan dengan target penurunan hingga 14 persen diakhir tahun 2024 (Peraturan Presiden Nomor 72 Tentang Percepatan Penurunan Stunting).

Untuk itu Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Bombana terus melakukan inovasi-inovasi dalam menekan angka prevalensi stunting.

Baca Juga:  Forum Mediasi Terkait Pengembalian Kepemilikan Lahan oleh Pemkab Bombana Disorot

Diketahui angka prevalensi stunting di Kabupaten Bombana masih jauh dari ambang batas target yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat.

Untuk mewujudkan Indonesia bebas stunting, diperlukan koordinasi di pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dan pemerintah desa/kelurahan dalam upaya percepatan penurunan stunting secara utuh, menyeluruh, dan terpadu.

“Setidaknya ada tiga pendekatan yang bisa dilakukan untuk menekan laju peningkatan angka stunting diantaranya, pendekatan intervensi gizi, pendekatan multisektor dan multipihak, dan pendekatan berbasis keluarga berisiko stunting. Pemerintah Daerah masih terus melakukan pengembangan terkait 3 pendekatan tersebut yang nantinya akan segera diimplementasikan ke masyarakat,” kata Man Arfa.

Man Arfa berharap melalui kegiatan ini angka stunting di Bombana segera diatasi dengan baik melalui kerjasama dari berbagai pihak dan bisa berjalan dengan lancar dengan melakukan pemanduan, sinkronisasi, dan sinergisitas program, dan kegiatan dalam upaya percepatan penurunan stunting.

“Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menguatkan kebersamaan serta membangun komitmen kita bersama sehingga stunting di Bombana dapat kita turunkan, dan saya berharap kolaborasi antara stakeholder dapat terus berjalan dengan lancar, serta lebih giat lagi dalam upaya percepartan penurunan stunting,” harapnya.

Baca Juga:  Rencana Pertambangan Antimoni PT SIP di Bombana Dibalik Izin Usaha Kawasan Industri

Sebelumnya, seperti dijelaskan oleh Kepala DPPKB Bombana Abdul Azis, berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Bombana, saat ini telah mencapai angka 26,8 persen.

Kata Abdul Azis, pentingnya mengenali keluarga yang berisiko stunting merupakan salah satu strategi yang harus dilakukan dalam menekan angka stunting Kabupaten Bombana.

“Mengenali keluarga beresiko stunting itu penting hal tersebut merupakan upaya penting untuk dapat mencapai angka prevalensi yang ditargetkan pemerintah yakni 14 persen pada tahun 2024. Selain itu, mengawal keluarga yang memiliki potensi,” jelas Abdul Azis beberapa waktu lalu.

Lanjuta Abdul Azis, DPPKB juga melakukan penanganan dari hulu ke hilir dimulai dari memberikan edukasi baik di Sekolah- Sekolah, calon pengantin, kelompok masyarakat yang mepunyai anak balita, serta Ibu Hamil.

“DPPKB dalam melakukan penangangan dari sebelum anak lahir, yakni saat para ibu atau pasangan usia subur merencanakan akan menikah, sebab banyak ibu hamil dalam kondisi yang sebenarnya belum siap sehingga kemungkinan anaknya bisa stunting. Sehinggga kita berikan edukasi tentang ideal melahirkan,” pungkas Abdul Azis.

**