WAKATOBI – Sejumlah massa yang tergabung dalam Gerakan Barisan Rakyat Kepulauan Buton (Gebrak Kepton) menggelar aksi unjuk rasa menyoroti sejumlah program yang dinilai gagal Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Haliana-Ilmiati Daud.

Hal tersebut disampaikan koordinator lapangan (Korlap) aksi, Yayan Sera saat berorasi di depan kantor Bupati Wakatobi pada Senin (28/8/2023).

Yayan mempertanyakan realisasi beberapa program Pemkab Wakatobi, dimana diantara program unggulan seperti pengadaan bawang merah dan udang vaname hanya menghabiskan anggaran yang cukup banyak.

“Coba sebutkan mana yang sudah terealisasi dari 11 program ini. Tidak ada satu pun yang terealisasi dan untuk bawang merah dan udang vaname kami minta agar hentikan program itu, karena hanya habis-habiskan anggaran saja,” tanya Yayan.

Lebih jauhnya, pihaknya menyayangkan ada oknum dari Pemkab Wakatobi yang diduga memprovokasi masyarakat dengan DPRD meskipun hal tersebut merupakan kegagalan Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi

“Stop provokasi masyarakat, semua orang tau yang punya kewenangan mengelola anggaran adalah Pemda bukan legislatif,” bebernya.

Pihak Gebrak Kepton juga merinci deretan program unggulan Bupati Wakatobi dan Wakil Bupati Wakatobi yang dinilai gagal.

Pertama soal peningkatan akses pendidikan untuk semua melalui program Merdeka Belajar.

Kedua, peningkatan pelayanan kesehatan melalui program Puskesmas Cerdas (one stop service).

Ketiga, program Rp1 milyar satu desa/kelurahan hang bertujuan untuk pembangunan dari desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lalu soal peningkatan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi masyarakat melalui program sekolah kewirausahaan/entrepreneurship (One Island One School).

Kelima, terkait pengembangan infrastuktur untuk mengoptimalkan pengembangan sektor andalan sepeti perikanan dan kelautan, pariwisata dan ketahanan pangan.

Keenam, peningkatan keberadaan mesjid sebagai pusat peradaban ummat dan pengembangan 1000 TPA-terintegrasi.

Ketujuh, pengembangan model pemanfaatan sumber daya maritim Wakatobi melalui program Eko-Pesisir (ekoonomi pesisir) dan mengembangkan pariwisata berbasis eco-tourist, art/cultural-tourist, dan edu-tourist secara harmonis dan bersinergi untuk mengoptimalkan dampak pariwisata bagi masyarakat dan daerah.

Delapan, kolaborasi masyarakat hukum adat, Taman Nasional Wakatobi (TNW), Pemda Wakatobi, masyarakat, NGO, perguruan tinggi dan swasta dalam manajemen pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan mengembangkan kampung SDGS (Sustainable Development Goals) sebagai komitmen daerah dalam pelaksanaan pencapaian indikator tujuan pembangunan berkelanjutan.

Lalu, soal pengembang sektor pertanian berkelanjutan pada setiap pulau sesuai karakteristik wilayah untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui program pangan lestari.

Kemudian peningkatan inovasi pelayanan publik dan tata kelola pemerintah daerah.

Terakhir, pihak Gebrak Kepton menyoroti pengembangan kota Wangi-wangi sebagai kota maritim yang modern yang mengakar pada budaya lokal.

**