Klarifikasi Guru SDN Waiti Barat Wakatobi Soal Dugaan Penganiayaan Siswi, Mediasi Telah Dilakukan
“Saya khawatir persoalan ini jadi besar dan siswa yang melerai jadi berkubu-kubu, saya menyuruh siswa N untuk keluar kemudian saya lanjut memeriksa tugas yang dikumpul siswa. Namun dari luar terdengar suara keributan lagi,” timpal SM.
“Mendengar itu saya keluar sembari bersuara keras, tujuannya agar kerumunan anak-anak itu bubar. Setelah mendekat rupanya di tengah kerumunan itu F dan N kembali melanjutkan pertengkaran di luar,” tambahnya lagi.
Karena aksi pertengkaran tak juga berhenti, meski telah berulang kali dilerai dengan berbagai cara, SM khawatir kedua siswa tersebut mengambil benda keras atau tajam di luar lalu saling melukai. Hingga SM mengambil tindakan menampar keduanya.
SM menjelaskan bahwa tamparan tersebut berupa dorongan tangan agar keduanya berhenti.
“Sebagai seorang guru yang sudah lama mengajar saya sadar keduanya masih kecil, sehingga tamparan tersebut sebenarnya hanya berupa dorongan. Sangat jauh dari pemberitaan penganiayaan apalagi kekerasan. Saya juga tidak meyangka kalau sampai keluar darah di bibir F. Saya memposisikan diri berdiri di tengah dan memberikan tamparan dorongan agar mereka saling menjauh dan terpisah,” jelas SM.
Siswa laki-laki kelas 4 inisial A dan R yang menyaksikan kejadian turut membenarkan jika SM keluar dari ruangan kelas bersuara keras dan mendisiplinkan keduanya.
“Mereka itu memang baku ganggu di kelas jadi dikeluarkan. Tapi setelah keluar tetap baku ganggu juga sampai menangis, terus pak guru keluar bersuara keras dan mereka ditampar jadi terdorong dan menjauh”.

Tinggalkan Balasan