RPJPD 2025-2045, Pj Wali Kota Siapkan Kota Baubau Menjadi Penghubung Wilayah
BAUBAU – Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau menggelar forum konsultasi publik Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Baubau tahun 2025-2045 dan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) tahun 2025, pada Rabu (7/2/2024).
Saat membuka forum tersebut, Penjabat (Pj) Wali Kota Baubau Muh Rasman Manafi mengungkapkan bahwa dirinya akan lebih mengedepankan Kota Baubau sebagai penghubung wilayah bukan sebagai wilayah produksi.
“Kota Baubau adalah wilayah kota yang sektornya utamanya adalah jasa termasuk sektor penggeraknya adalah jasa. Sedangkan, sektor primernya yakni sektor produksi itu ada di wilayah sekitar,” jelas Pj Walikota dikutip dari PPID Kominfo Baubau.
Seba Kota Baubau sebagai penghubung, sambung dia, maka narasi yang digunakan adalah kata Hak. “Kata Hak kalau dibuka di kamus itu lebih pada cerita tentang definisi suatu perangkat atau suatu alat atau suatu ruang yang menjadi penghubung antar 2 komponen minimal,” katanya
Kota Baubau sebagai wilayah hak dipahami tidak hanya menghubungkan wilayah timur dan barat Indonesia.Tetapi juga menghubungkan antara Sulawesi Tenggara daratan dan Sulawesi Tenggara kepulauan juga menghubungkan antara wilayah Buton yang dulunya sebagai satu kabupaten menjadi 2 wilayah yang hari ini menjadi Kabupaten Buton Tengah, Buton Selatan.
Muh Rasman menjelaskan, Kota Baubau juga berperan sebagai penggerak dan center yang berarti bisa berperan sebagai kutub yang menghubungkan 2 sisi dan juga bisa menjadi peran media sebagai ujung atau awal dari wilayah yang ada di sekitarnya. Akan tetapi, kalau dalam konteks melalui Sulawesi Indonesia Timur, bahkan yang lebih luas, Baubau menjadi salah satu titik hak.
“Kenapa narasi maritim saya ajukan, sekali lagi Baubau adalah wilayah yang dominan digerakkan oleh sektor-sektor maritim,”paparnya.
Pj Wali Kota Baubau kurang setuju dengan statement SDM unggul. Pasalnya, banyak riset yang menunjukkan bahwa SDM unggul selalu diterjemahkan sebagai orang yang hebat, kuat, sehat. Akan tetapi, kalau hal ini diadopsi residensi wilayah ekosistem dan daya adaptasi lainya, maka manusia yang unggul itu sesungguhnya diukur dari kemampuan untuk beradaptasi dari zaman ke zaman dari wilayah ke wilayah.
“Itulah manusia unggul, kalau dia kuat sehat tapi tidak punya adaptasi dia akan tertinggal. Banyak wilayah-wilayah yang memiliki teknologi, memiliki SDM yang banyak dan kuat. Akan tetapi kemampuan adaptasinya lemah dan dia kalah. Jadi hemat saya SDM yang akan kita bangun memiliki adaptasi yang kuat,” tutup Muh Rasman.
**
Tinggalkan Balasan