BAUBAU – Guna mencegah kasus Demam Berarah Dengue (DBD), seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas) di Kota Baubau sudah menyiapkan abate secara gratis.

Hal itu seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Baubau, Yuslina, dikutip dari laman facebook Pemkot Baubau, Kamis (1/2/2024).

“Abate itu tersedia gratis. Dan Puskesmas bertugas bersama-sama mendampingi masyarakat untuk giat PSN sampai dengan survei jentiknya sekaligus distribusi abate itu di masyarakat untuk upaya-upaya pencegahan,” ucapnya.

“Tapi kalau misalnya masyarakat yang tidak terjangkau oleh petugas Puskesmas, maka silahkan bisa menghubungi Puskemas terdekat di wilayah masing-masing atau datang langsung ke Puskesmas untuk ambil abate,” sambung Yuslina.

Dia menyebut, kondisi kasus DBD di Kota Baubau sejak awal Januari sampai 31 Januari 2024 sudah mencapai 30 kasus. Setiap tahunnya tren kasus DBD ini peningkatannya terjadi di Bulan Januari. Kemudian Februari agak turun serta Maret kembali naik dan puncaknya biasanya di September sampai Oktober.

“Tren siklus untuk kasus DBD di beberapa tahun terakhir ini di awal tahun dengan di September-Oktober lonjakan kasus selalu tinggi. Dan dari adanya lonjakan kasus itu, Dinas Kesehatan Kota Baubau mengantisipasinya dengan melakukan pemetaan kasus, dengan emetakan mana daerah-daerah endemis, sporadis dan bebas DBD,” jelasnya.

Kata Yuslina, daerah endemis di setiap tahunnya selalu ada kasus, sedangkan daerah yang seporadis ada kasus tapi tidak setiap tahun. Sehingga tujuan dilakukaan pemetaan karena daerah-daerah endemis inilah yang ditangani lebih dini supaya tidak terjadi kasus atau pun peningkatan kasus.

“Kami mengevaluasi kenapa daerah itu sering ada kasus dan tentunya lagi-lagi tentang masalah timbunan sampah, genangan air,” katanya.

Apalagi, tambah dia, saat ini memasuki cuaca ekstrem dan musim pancaroba yang terkadang hujan terus panas. Cuaca yang seperti itu sangat mendukung dengan siklus hidup nyamuk karena rata-rata siklus hidup nyamuk itu berkembang dari mulai telur, jentik sampai jadi nyamuk itu biasa sampai 7-10 hari.

“Jadi kalau hujan terus nyamuk belum sempat berkembang karena terkena terus air hujan. Tapi bila habis hujan apalagi ada genangan, sampah-sampah plastik yang tidak sesuai dengan tempatnya. Kemudian tiba-tiba panas lagi jadi otomatis kan nyamuk itu sempat berkembang di genangan atau sampah-sampah tadi yang menjadi perindukan/sarang nyamuk untuk berkembang,” papar dia.

Untuk itu, Yuslina menghimbau masyarakat untuk giat PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M. Yaitu menguras, membersihkan tempat-tempat penampungan, menutup dan menggunakan kembali botol-botol minuman bekas jangan sampai ada yang berserakan.

“Masyarakat saling mendukung lingkungan yang bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat maka menyehatkan juga pada diri sendiri,” tandasnya.

**