Maraknya Praktik Calo di Pelabuhan Amolengo-Labuan Resahkan Warga
KONAWE SELATAN – Maraknya praktik calo di Pelabuhan Amolengo-Labuan, Desa Langgapulu, Kecamatan Kolono Timur, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) meresahkan warga.
Salah satu pengguna jasa penyeberangan Pelabuhan Amolengo-Labuan berinisial AN (28), menyebutkan praktik calo di pelabuhan tersebut terang-terangan dilancarkan.
Bahkan para calo ini terkesan menjadi penguasa pelabihan hingga memperdaya pegawai pelabuhan jika berani melakukan perlawanan.
“Tidak ada yang berani lawan mereka itu. Pegawai saja diperdaya, mereka kuasai semua,” kata AN kepada media, Jumat (24/1/2025).
AN menyebut, ada sejumlah cara yang dilakukan oleh para calo tersebut dalam melancarkan aksinya.
Pertama, mereka memasukan kendaraan pengguna jasa ke area dermaga tanpa mengambil nomor antrian yang ada di penjagaan.
Kemudian kedua, mereka meloloskan banyak kendaraan ke area dermaga tanpa membeli tiket dari petugas.
“Makanya sering cekcok di pelabuhan itu. Kita yang mengantri dari malam atau berjam-jam, tiba-tiba ada kendaraan yang lolos masuk lewat jalur siluman. Lewat calo mi itu,” kesalnya.
Terakhir, mereka mengakali tiket kendaraan kategori truk besar (TB) ke tiket kendaraan kategori truk sedang (TS).
Kendaraan yang seharusnya membeli tiket harga Rp700 ribu, justru diberikan harga yang Rp499 ribu. Semuanya dimainkan oleh calo tersebut.
Warga lainnya berinisial SA (35), menerangkan jika pegawai pelabuhan mengarahkan pengguna jasa atau mencegah para calo beraksi, mereka justru geram dan mengancam pegawai di sana.
Bahkan, jika ada pengguna jasa yang mengajukan protes, mereka nekat melakukan pengeroyokan.
“Intinya kalau diprotes, itu pegawai dikasi melawan. Kalau pengguna jasa yang protes, dikeroyok. Kurang ajar sekali, kaya mereka mi yang punya ini pelabuhan,” kata SA.
Guna mewujudkan kenyamanan pengguna jasa dan lancarnya pelayaran, warga berharap agar petugas pelabuhan dan aparat kepolisian baik Polsek Kolono dan Polres Konsel tidak tutup mata, dan harus bertindak tegas sesuai aturan yang ada.
“Pasti ada petugas di sana, tapi kenapa dibiarkan saja. Harusnya ditindak orang-orang begitu,” katanya.
***
Tinggalkan Balasan