KENDARI – Penderita Tuberkulosis (TBC) di Kota Kendari dan Kabupaten Muna cukup tinggi sepanjang tahun 2022. Komunitas Penabulu STPI Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat sekitar 459 penderita TBC semua tipe.

SR Manager Konsorsium Penabulu STPI Sultra, Nirmawati menyebutkan, 459 penderita TBC tersebut berhasil dirujuk berobat ke rumah sakit.

“Kasus TBC di Kota Kendari yang berhasil dirujuk berobat ke rumah sakit sebanyak 250 penderita, sedangkan di Muna ada 209 penderita,” beber Nirmawati dalam wawancara khusus bersama HaloSultra.com, Senin (23/1/2023).

Untuk tipe kasus TBC Bakteriologis yang terkonfirmasi sebagai kontak erat atau misalkan tinggal serumah dengan penderita, tercatat ada 281 terduga penderita di Kota Kendari dan 241 terduga penderita di Muna yang berhasil discreening.

“Untuk dua kabupaten/kota itu totalnya sebanyak 522 orang terduga pasien yang memiliki kontak erat dengan penderita,” jelasnya.

Baca Juga:  2.217 Napi-Anak Binaan di Sultra Diusul Terima Remisi Idulfitri, 2 Orang Langsung Bebas

“Kami juga tengah memberikan terapi pencegahan TBC kepada dua balita di Kota Kendari,” sambungnya.

Lanjut Nirmawati, ada juga kasus TBC Resistensi Obat (RO). TBC RO merupakan kondisi dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis kebal terhadap obat yang biasa dikonsumsi oleh penderita. Salah satu penyebabnya adalah penderita menghentikan jadwal konsumsi obat.

“Kasus TBC RO di kendari yang berhasil kami temukan dan dampingi ada 15 kasus, dan di Muna hanya satu kasus,” lanjutnya.

Dikatakannya, jumlah kasus TBC disebabkan kesadaran masyarakat yang masih minim terhadap penyakit tersebut.

“Masyarakat masih ada yang malu dan takut jika didiagnosa menderita TBC, sehingga sulitnya melakukan deteksi terhadap pemeriksaan kontak erat penderita,” katanya.

Baca Juga:  Terbuka untuk Umum, Gubernur ASR Ajak Masyarakat Datang ke Open House di Rujab

Kehadiran Konsorsium Komunikasi Penabulu-STPI Sultra ini untuk mendukung komitmen bersama lintas sektoral di Sultra untuk menekan angka Tuberkulosis.

“Keterlibatan ini penting untuk mendorong munculnya kebijakan dan dukungan pemangku kepentingan dalam eliminasi TBC di daerah,” ungkapnya.

Dari Kota Kendari dan Kabupaten Muna, Konsorsium Penabulu-STPI Sultra telah melakukan edukasi melalui penyuluhan serta tes total terhadap 2.760 responden masyarakat.

Dalam rangka mendukung pendekatan District-Based Public-Private Mix (DPPM), Konsorsium Penabulu-STPI Sultra ikut serta mengambil peran untuk memperkuat jejaring layanan TBC serta pendampingan pasien berbasis komunitas.

“Di Sultra sendiri kami hanya berada di wilayah Kota Kendari dan Kabupaten Muna untuk mendampingi masyarakat dalam hal memberikan edukasi hingga penguatan personal kepada penderita untuk terbebas dari TBC,” tandasnya. *