KENDARI – Proyek smelter high-pressure acid leach (HPAL) di Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dikelola oleh PT Vale Indonesia (INCO) menjadi salah satu investasi terbesar yang masuk di daerah ini.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Parinringi mengatakan, proyek pabrik bahan baku baterai berbasis nikel tersebut merupakan proyek kerja sama INCO dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. dan Ford Motor Company.

Dijelaskannya, proyek ini menyerap nilai investasi mencapai 4,5 miliar Dollar AS atau sekitar Rp 67,5 triliun itu menjadi salah satu proyek yang wajib diselesaikan INCO sebagaimana komitmen dalam izin usaha pertambangan khusus (IUPK) INCO.

Smelter HPAL yang berada di Kawasan Industri Pomalaa, KecMatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka ini dibangun sejak 27 November 2022 lalu.

“Proyek ini ditargetkan beroperasi pada 2026 mendatang,” kata Parinringi menjelaskan.

Sementara itu, CEO INCO, Febriany Eddy mengatakan, dalam proyek pengolahan bijih nikel dari Blok Pomalaa itu, Huayou menggenggam saham mayoritas sebesar 53 persen, sementara sisanya dipegang INCO sebesar 30 persen dan Ford Motor Co. sebesar 17 persen.

Ground breaking proyek smelter high-pressure acid leach (HPAL) di Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara/Ist

Smelter ini akan memproses biji nikel limonit menggunakan teknologi HPAL dari Hoayou yang selanjutnya dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan target produksi mencapai 120 ribu metrik ton nikel dan sekitar 15 ribu ton kobalt yang terkandung dalam MHP.

Febriany mengatakan, target progres pembangunan smelter atau fasilitas pemurnian dan pengolahan nikel Pomalaa di akhir tahun 2024 ini bertambah menjadi 20 persenan.

Sedangkan target operasi dari smelter nikel milik INCO ini direncanakan mulai pada Kuartal I-2026 mendatang.

“Untuk (smelter) Pomalaa akhir tahun ini harusnya di sekitar 20 persenanan dan harapan kita di kuartal I-2026 sudah berproduksi,” beber Febriany.

Pihaknya juga mengatakan akan terus menjadi mitra bagi masyarakat lokal dan memastikan keseimbangan ekonomi, ekologi, dan dampak sosial.

Ia juga berharap, dengan dimulainya proyek pembangunan ini akan dapat menyerap tenaga kerja lokal hingga 12.000 orang dari pabrik dan tambang.

**