BUTON – Posuo merupakan salah satu ritual adat masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang diperuntukan bagi gadis remaja Suku Buton yang beranjak dewasa.

Upacara adat ini dilaksanakan ketika seorang perempuan yang berstatus gadis remaja (kabuabua) yang beranjak dewasa (kalambe) selama delapan hari delapan malam di dalam sebuah ruangan khusus atau suo.

Posuo terdiri dari tiga jenis, yakni posuo wolio, posuo johoro dan posuo arabu. Posuo wolio merupakan posuo yang berasal dari masyarakat Wolio atau Buton sendiri, Posuo Johoro berasal dari Johor-Melayu dan adapun posuo arabu merupakan adaptasi dari posuo Wolio dan mengandung nilai-nilai Islami.

Dalam pelaksanaannya Posuo ini mirip dengan ritual pingitan di suku-suku lainnya. Seorang gadis remaja akan ditempatkan dalam suo dengan mengenakan kain putih.

Ada tiga tahapan yang harus diikuti gadis remaja yang di Posuo, yakni Pauncura (pengukuhan) dan Panimpa (Pemberkatan), Bhalyi Yana Yimpo (merubah penampilan) dan Matana Kariya (puncak acara).

Baca Juga:  Gede dan Rino, Siswa SMP Koltim yang Miliki Tinggi Badan di Atas Rata-Rata

Selama menjalani prosesi ini mereka diisolasi  dari berbagai pengaruh dunia luar dan hanya dapat bertemu dengan bhisa. Bhisa merupakan orang yang ditujuk langsung oleh pemangku adat untuk memberikan berbagai wejangan khusus selama masa posuo dilaksanakan.

Pauncura, pada tahapan ini dimulai dengan tunuana dupa (pembakaran kemenyan) yang disertai dengan pembacaan doa oleh dukun senior (Parika) yang dilanjutkan dengan Panimpa (Pemberkatan) yang dilakukan dengan memberikan sapuan asap kemenyan ke sekujur tubuh peserta Posuo.

Bhalyi Yana Yimpo, tahapan ini dilakukan setelah ritual berjalan selama lima hari. Dimana para peserta Posuo akan merubah posisi tidurnya, yang tadinya kepala berada diarah selatan dan kaki di utara menjadi kepala di barat dan kaki di timur. Posisi tidur ini akan terus dilakukan hingga hari ketujuh.

Matana Kariya, prosesi ini dilakukan tepat pada malam kedelapan. Gadis yang di Posuo akan dimandikan menggunakan wadah Bhosu (gayung yang terbuat dari tanah liat) dan kemudian akan didandani dengan pakaian Ajo Kalambe (dandanan gadis dewasa).

Baca Juga:  Pemkot Kendari Siapkan Layanan Call Center 122 untuk Pengaduan dan Laporan Darurat

Bagi bangsawan Buton dengan gelar Waodesaat mengikuti ritual Posuo saat makan diiringi dengan pemukulan gendang. Konon pemukulan gendang ini juga sebagai ujian kesucian (keperwanan) para peserta posuo. Jika dalam pemukulan gendang tersebut ada gendang yang pecah, itu menjadi tanda bahwa diantara para peserta Posuo ada yang sudah tidak perawan lagi.

Tujuan dari upacara adat Posuo ini adalah untuk mempersiapkan sang gadis untuk berumah tangga, baik itu secara mental maupun perilaku. Sekaligus sebagai penanda bahwa sang gadis siap untuk dipinang atau dinikahkan.

Di seluruh daerah yang masuk dalam wilayah Kesultanan Buton, tradisi ini dilakukan dengan tata cara yang berbeda-beda, namun memiliki tujuan yang sama.

**/rl