BUTON SELATAN – Ritual Riapa Wapulaka merupakan salah satu ritual adat yang sering digelar masyarakat Kampung Adat Wapulaka di Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Riapa Wapulaka sebenarnya adalah pegelaran adat yang merepresentasikan rasa syukur masyarakat atas hasil panen dan hasil laut yang melimpah.

Pegelaran ritual ini, digelar selama delapan hari berdasarkan perhitungan bulan di langit. Mulai delapan malam bulan hingga puncaknya 15 malam bulan.

Salah satu tokoh masyarakat, La Didi menyebutkan proses delapan hari ritual terdapat proses penggemblengan dan pembelajaran. Sebab dalam proses ritual ada pimpinan parabela atau pimpinan perangkat adat lainnya diganti dengan anak muda yang merupakan turunan dari parabela itu.

Dalam prosesinya, anak muda yang akan menggantikan parabela, akan belajar bagaimana pengambilan keputusan, tentang budaya, tata krama dan adat istiadat.

Baca Juga:  Besaran Zakat Fitrah 2025 di Kolaka Timur Ditetapkan, Berikut Rinciannya

“Namun jika dalam proses itu ada norma dan tata krama yang dilanggar maka akan diberikan sanksi. Proses pemberian sanksi itu ada proses dialog yang menghasilkan keputusan yang demokratis,” kata La Dili dalam keterangannya.

Sebelum acara dimulai, doa dipanjatkan kepada yang maha kuasa yang biasa disebut Pialai.

Pantai Ratu Empat/Ist.

 

Setelah acara selesai ada juga sebutan Batanda, dimana empat orang yang ditugaskan memimpin ritual sambil memukul gendang untuk melindungi masyarakat dan hasil panen serta hasil laut tahun ke depan dilimpahkan, termasuk dijauhkan dari marabahaya.

“Dalam acara itu, berbagai tradisi disisipkan seperti acara seni pertunjukan Mangibi, Tiga Jiku, Lariangi yang bertujuan untuk mensyukuri hasil pertanian kita,” katanya.

Pesona Kampung Adat Wapulaka, Buton Selatan

Kampung adat Desa Wapulaka tepatnya berada di Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, yang terdiri dari 3 desa, yaitu Desa Bahari, Desa Bahari 2, dan Desa Bahari 3.

Baca Juga:  Kapolda Sultra Warning Pihak yang Sengaja Timbun Bahan Pokok, Bakal Ditindak

Konon penamaan kampung tersebut berasal dari kata bahasa Wolio yang terdiri dari dua suku kata, yakni “waa” yang berarti api dan “polaka” yang berarti terbang.

Meski secara administrasi pemerintahan ketiga desa itu terpisah, tapi dalam kehidupan bermasyarakat mereka sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan sikap toleransi antar sesama. Sehingga tak heran dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Adat Wapulaka selalu melakukan kegiatan secara bersama-sama.

Kampung Adat Wapulaka juga memiliki spot wisata yang eksotis, yakni Pantai Ratu Empat dengan batu berjejernya yang berbentuk payung, dan Anda juga dapat menjajal sensasi menaiki seribu tangga warna-warni yang ada di sana.

**/rl