Wajib Tahu, Inilah 7 Alasan Mengapa Tidak Boleh Makan Mi Instan Setiap Hari
HaloSultra.com – Mi instan adalah salah satu makanan cepat saji yang populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Rasanya yang lezat, cara penyajiannya yang cepat dan praktis membuat mi instan menjadi pilihan favorit banyak orang.
Namun, mengonsumsi mi instan setiap hari bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda sebaiknya tidak makan mi instan setiap hari seperti dilansir dari Health Shots.
- Rendah Nutrisi
Terkenal dengan kandungan nutrisinya yang buruk. Makanan ini hampir tidak menawarkan nutrisi penting seperti vitamin, mineral, protein, dan serat.
Sebaliknya, makanan tersebut mengandung banyak kalori, terutama dari karbohidrat olahan dan lemak tidak sehat, yang dapat menjadi masalah dalam pengelolaan berat badan. Jika Anda rutin mengonsumsi mi instan, dapat meningkatkan risiko kekurangan nutrisi.
- Mengandung Monosodium Glutamat (MSG)
MSG merupakan bahan tambahan umum pada mi yang digunakan untuk meningkatkan rasa. Meskipun Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengakui MSG secara umum aman, masih ada perdebatan mengenai potensi efek sampingnya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa konsumsi MSG yang tinggi dikaitkan dengan penambahan berat badan, sakit kepala, mual, dan bahkan tekanan darah tinggi.
Namun, beberapa penelitian lain tidak menemukan hubungan antara berat badan dan konsumsi MSG dalam jumlah sedang.
- Tinggi Natrium
Salah satu efek samping yang paling mengkhawatirkan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Satu porsi dapat mengandung lebih dari setengah asupan natrium harian yang direkomendasikan.
Menurut Journal of American College of Cardiology, asupan natrium berlebihan dikaitkan dengan kerusakan organ dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke.
- Penuh dengan Lemak Jahat
Dalam proses mengolah mi instan, seringkali digoreng dengan minyak sawit atau minyak tidak sehat lainnya. Hal ini dapat menghasilkan produk yang tinggi lemak jenuh dan lemak trans. Keduanya diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (jahat) sekaligus menurunkan kolesterol HDL (baik).
Ahli Nutrisi Saloni Arora mengatakan, bahwa pola makan yang tinggi lemak dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu kondisi yang ditandai dengan penumpukan timbunan lemak di arteri, sehingga dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Selain itu, asupan lemak jenuh dan lemak trans yang berlebihan juga dikaitkan dengan obesitas, penyakit hati, dan kondisi kesehatan kronis lainnya.
- Terbuat dari Tepung Terigu (Maida)
Mi instan terutama terbuat dari maida, sejenis tepung putih yang diproses secara mendalam. Maida rendah serat makanan dan nutrisi penting dibandingkan dengan biji-bijian.
Mengonsumsi maida dalam jumlah besar dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah, sehingga sangat merugikan bagi penderita diabetes atau resistensi insulin.
Selain itu, pola makan tinggi karbohidrat olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes tipe 2.
- Dikemas dengan Bahan Pengawet Berbahaya
Untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan rasa, mi instan dikemas dengan bahan pengawet seperti Tersier butylhydroquinone (TBHQ) dan butylated hydroxyanisole (BHA).
Meski bahan kimia ini aman dalam jumlah kecil, konsumsi jangka panjang bisa berbahaya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Jurnal Ilmu Kedokteran Dasar Iran mengaitkan paparan kronis terhadap TBHQ dengan kerusakan saraf, peningkatan risiko limfoma, dan pembesaran hati.
- Potensi Risiko Masalah Kesehatan Jangka Panjang
Tak hanya masalah gizi, terlalu sering mengonsumsi mi instan memang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Nutrion Research and Practice, sering mengonsumsi mie instan mungkin terkait dengan sindrom metabolik, suatu kondisi yang meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kelainan kadar kolesterol.
**
Tinggalkan Balasan