KENDARI – Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2025 Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami inflasi tahunan (year-on-year) sebesar 3,72 persen.

Inflasi ini tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi periode yang sama tahun 2024 lalu yang hanya mencapai 1,73 persen.

Kenaikan ini dipengaruhi oleh peningkatan harga pada hampir semua kelompok pengeluaran. Inflasi paling besar disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang naik hingga 8,01 persen.

“Komoditas seperti beras, tomat, ikan layang, kangkung, hingga emas perhiasan memberi andil besar terhadap inflasi tahunan Juli 2025,” tulis BPS Sultra dalam laporan resminya, Jumat (1/8/2025).

Baca Juga:  Harga Cabai Rawit di Kendari Meroket Tembus Rp 90.000 per Kilogram

Kabupaten Konawe tercatat sebagai wilayah dengan inflasi tertinggi di Sultra, yakni mencapai 5,48 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Kendari dengan 2,82 persen.

Dua daerah lainnya, Kota Baubau dan Kabupaten Kolaka, masing-masing mencatat inflasi 4,99 persen dan 3,35 persen.

Selain makanan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga naik cukup tinggi, yakni sebesar 6,94 persen. Sementara kelompok kesehatan tercatat naik 2,81 persen dan penyediaan makanan/minuman (restoran) naik 2,31 persen.

Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan adalah pakaian dan alas kaki, yang turun 0,93 persen.

Baca Juga:  Prakiraan Cuaca Sultra 30 Mei 2025, BMKG Prediksi Sejumlah Wilayah Bakal Diguyur Hujan

Komoditas seperti terong, semangka, dan sagu tercatat menyumbang deflasi pada kelompok ini.

Dari sisi bulanan (month-to-month), Sultra juga mengalami inflasi sebesar 1,01 persen dibanding bulan sebelumnya.

Sementara inflasi tahun berjalan (year-to-date) sejak Januari hingga Juli 2025 tercatat 3,78 persen.

Lonjakan harga pangan dan transportasi masih menjadi isu dominan dalam kenaikan inflasi bulan ini.

Beberapa komoditas yang mendorong kenaikan secara bulanan antara lain tomat, beras, kangkung, bayam, dan angkutan udara.

 

**