JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi di tanah air hingga saat ini belum berdampak pada stabilitas perekonomian.

Hal tersebut diungkapkan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, bahkan belum dirasakan di lapangan, khususnya dari sisi peningkatan taraf hidup dan pendapatan masyarakat di daerah.

Pemerintah sendiri mengklaim pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,72 persen. Dan tingkat pengendalian inflasi mencapai angka 5,5 persen. Klaim ini dianggap tertinggi di antara negara-negara besar G20,” kata LaNyalla dilansir dari laman resmi DPD RI, Rabu (1/2/2023) lalu.

Menurut LaNyalla, klaim pertumbuhan ini perlu diwujudkan dengan tingkat kesejahteraan yang baik. Karena masyarakat luas belum merasakan dampak positif dari pertumbuhan ekonomi tersebut.

Baca Juga:  Bareskrim Mulai Lakukan Penyidikan Kasus Tambang Ilegal di 7 Provinsi, Termasuk Sultra

“Yang terjadi saat ini justru beberapa jenis komoditi di pasar mengalami kenaikan harga. Tentunya kenaikan harga tersebut sangat memberatkan masyarakat,” ujar LaNyalla.

Senator asal Jawa Timur itu mencontohkan naiknya produk minyak goreng kemasan “Minyakita” dalam beberapa pekan terakhir hingga Rp 20.000, sejak diluncurkan. Padahal harga eceran tertinggi (HET) Minyakita yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 14.000 per liter. Bahkan kini minyak goreng bersubsidi itu hilang di pasaran.

Baca Juga:  Kuota Serapan Gabah Petani di Bombana Habis, Begini Tanggapan Mentan

Belum lagi kenaikan harga komoditi pangan lain, seperti beras, telur dan daging, di sejumlah pasar tradisional.

Untuk itu LaNyalla meminta pemerintah segera menstabilkan harga kebutuhan pangan dan menekan angka inflasi. Pasalnya sebentar lagi juga akan memasuki bulan Ramadhan.

“Di Ramadhan nanti konsumsi akan meningkat tinggi dan otomatis pengeluaran akan semakin tinggi juga. Ini tentunya masalah besar apalagi kondisi ekonomi bagi sebagian masyarakat rentan belum pulih seperti yang diharapkan,” tutupnya. **