KOLAKA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Arifin Tasrif beserta Staf Khusus (Stafsus) Menteri ESDM RI Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arief, dan Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral ESDM RI, Tri Winarno melakukan kunjungan kerja di Proyek Strategis Nasional (PSN) & Objek Vital Nasional (Obvitnas) Smelter ‘Merah Putih’ PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) di Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 1-2 Juli 2024.

Rombongan Kementerian ESDM RI juga didampingi oleh jajaran direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang dipimpin oleh Darmawan Junaidi selaku Direktur Utama, beserta jajaran direksi PT PLN (Persero) yang dipimpin oleh Direktur Retail & Niaga, Edi Srimulyanti.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Arifin mengapresiasi kemajuan proyek tersebut dan mengungkapkan bahwa proyek Smelter ‘Merah Putih’ Ceria merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

“Saya berkesempatan melihat kemajuan fisik proyek smelter dari Ceria yang kita harapkan bahwa mechanical completion bisa segera dilaksanakan dan bisa commissioning di akhir tahun ini,” ungkapnya.

Adapun proyek smelter yang dimaksud adalah smelter dengan teknologi mutakhir Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia 72 MVA untuk mengolah bijih Nikel Saprolite yang menghasilkan output Feronikel dengan kadar nikel sebesar 22% dan ditargetkan rampung pada 2024.

Baca Juga:  20 Ribu Pekerja Rentan dan 516 Ketua RT/RW di Kolaka Dilindungi Jamsostek

Smelter tersebut nantinya akan mendapatkan pasokan listrik dari PT PLN (Persero) dengan total kapasitas 414 MVA atau sekitar 352 MW, yang telah disepakati dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) antara PLN dan Ceria. Pasokan listrik tersebut sudah mulai dialirkan bertahap pada tahun 2024 ini.

Lebih lanjut, Arifin menekankan bahwa pemerintah berharap pelaku industri pemurnian mineral harus bisa mengembangkan ekosistem untuk produk akhir elektrifikasi, karena Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat bernilai.

“Kita harus merespon bagaimana industri dalam negeri bisa berkembang dan cita-cita elektrifikasi bisa tercapai. Nikel ini tentu saja ada di poros baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt). Kita punya Nikel, Limonite, dan Cobalt konten yang signifikan, kemudian kita juga masih punya sumber mangan. Inilah yang harus kita integrasikan,” imbuh Menteri Arifin.

Sementara itu, CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, mengungkapkan keyakinannya dalam penyelesaian proyek smelter ‘Merah Putih’ Ceria, yang akan mulai beroperasi dalam waktu dekat dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Baca Juga:  Polisi Ringkus Pengedar Narkoba di Kolaka, 565 Gram Sabu Disita

“Proyek Smelter RKEF Line 1 Ceria akan beroperasi dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Terima kasih banyak atas kedatangan Bapak Menteri ESDM RI, jajaran Direksi Bank Mandiri dan PLN untuk melihat langsung perkembangan proyek kami, yang tentu semakin memacu semangat kami dalam penyelesaian proyek ini,” ujarnya.

Derian juga menyebut bahwa proyek Smelter RKEF Line 1 Ceria merupakan langkah awal perusahaan untuk menjadi global player dalam memproduksi Green Nickel Product dan baterai kendaraan listrik yang berbasis pada keberlanjutan. “Ceria masih memiliki target membangun empat jalur RKEF yang akan dibangun secara bertahap, dan juga akan membangun smelter dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching),” tambahnya.

Lebih lanjut, Derian menegaskan bahwa seluruh aktivitas Ceria Group berpedoman pada kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG). Perusahaan juga berkomitmen pada aspek kemasyarakatan melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) serta kaidah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

“Ceria aktif untuk menerapkan IRMA (Initiative for Responsibility Mining Assurance), yang merupakan cara kami untuk meningkatkan pola operasi untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dan sosial lebih detail. Kami berupaya dengan keras untuk mencegah mencegah bahaya-bahaya yang akan terjadi,” jelasnya.

**