KENDARI – Kantor Pengawasan, Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Kendari terus mendorong peningkatan  ekspor komoditi non-pertambangan di Sulawesi Tenggara (Sultra) dari bahan mentah menjadi barang jadi.

Dikatakan Kepala KPPBC Kendari, Tonny Riduan P. Simorangki bahwa hal tersebut dibutuhkan peran pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dalam hal pengalokasian anggaran.

Tonny mengatakan, untuk merealisasikan hal itu pihaknya mengajak pemerintah daerah agar dalam APBD Tahun 2026 nanti, bisa dialokasikan anggaran untuk kegiatan hirilisasi produk non-pertambangan, seperti produk hasil pertanian, perkebunan, maupun kelautan.

“Kenapa demikian, supaya produk-produk yang diekspor dari Sultra bukan lagi produk-produk atau barang mentah, sudah diolah dalam bentuk bahan jadi, sehingga bisa memiliki nilai tambah,” kata Tonny di Kendari, Kamis (12/6/2025).

Dengan hilirisasi produk non-pertambangan itu, menurut Tonny, dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka lapangan kerja baru. Sehingga ekonomi Sultra akan meningkat.

Baca Juga:  Prakiraan Cuaca Sultra 23 Mei 2025, Sejumlah Wilayah Berpotensi Diguyur Hujan Disertai Petir

“Hal ini tentu bisa menjadi alternatif bagi masyarakat dan bisa menopang hirilisasi sektor pertambangan yang kita tahu sedang berlangsung. Itulah upaya yang sedang kami lakukan,” terangnya.

Lanjut Tonny, banyak produk-produk pertanian yang bisa menjadi bahan ekspor bahan hasil olahan oleh pemerintah daerah di Sultra. Misalnya, tanaman Nilam yang saat ini sedang ramai dibudidayakan masyarakat petani. Apalagi minyak ekspor Nilam cukup signifikan saat ini.

“Kalau produk Nilam itu bisa diolah dalam bentuk kualitas ekspor, tentu jauh lebih meningkat nilainya. Olehnya itu, kami harapkan anggaran Pemda tahun depan untuk pembangunan sektor-sektor reel sangat penting,” lanjutnya.

Tak hanya Nilam, komoditi Kelapa yang dianggap punya potensi ekspor tinggi jika sudah diolah dalam bentuk bracket, coconut oil, atau bentuk lain. Jika dibandingkan diekspor dalam bentuk bulat-bulat atau barang mentah.

Baca Juga:  Prakiraan Cuaca Sulawesi Tenggara 14 Juli 2025, Kendari Diprediksi Dilanda Hujan Pagi-Sore

Kemudian kokoditi Jagung yang ada di Kabupaten Muna Barat dan Muna yang saat ini melipah yang sedang digalakkan oleh masyarakat dan pemerintah daerah.

Jika Jagung dipadukan dengan tulang-tulang ikan limbah diolah menjadi pakan ternak, harganya bisa lebih tinggi dan peternak untuk mendapatkan bahan baku pakan ternak sudah tidak perlu membeli dari luar.

“Apabila semua komoditi-komoditi tersebut dikelolah sendiri melalui pabrik, bisa mengurangi angka pengangguran yang sedang meningkat, penciptaan lapangan kerja tentu sangat diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.

“Maka dari itu, inilah misi kami bersama dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kemenkeu dan pemerintah daerah,” katanya lagi.

 

***