Menengok Sejarah, Sosok Cawapres Jadi Penentu Kemenangan Pilpres 2024
JAKARTA – Sudah hampir dipastikan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang diikuti oleh 3 calon presiden (Capres) yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Namun hingga kini belum ada satu nama pun yang ditetapkan sebagai calon wakil presiden (Cawapres) dari tiga bakal Capres di atas.
Masing-masing partai koalisi nampaknya masih mendiskusikan siapa sosok figur yang layak untuk mendampingi jagoannya sebagai Cawapres.
Menurut Pengamat Politik Citra Institute, Efriza bahwa sosok Cawapres dapat menjadi penentu kemenangan di Pilpres nanti sekalipun elektabilitas Ganjar dan Prabowo kerap bergantian di posisi puncak. Sosok wakilnya punya peranan besar untuk memenangkan pilpres.
Melihat sejarah Pilpres yang menggambarkan betapa pentingnya sosok Cawapres dapat terlihat dari Pilpres 2019. Meski ada asumsi bahwa Jokowi akan tetap terpilih melawan Prabowo sekalipun berpasangan dengan ‘sendal jepit’ pada akhirnya Jokowi hati-hati memilih Cawapres.
Hal itu terlihat ketika mantan Wali Kota Solo tersebut mengumumkan Ma’ruf Amin sebagai Cawapresnya saat-saat terakhir pendaftaran Capres-Cawapres ke KPU RI. Padahal sebelum diumumkan Ma’ruf Amin sebagai Cawapres, nama Mahfud MD disebut-sebut berpeluang ditunjuk sebagai sebagai Cawapres Jokowi. Dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi atau MK itu juga menyatakan kesiapannya jika dipinang mendampingi Jokowi.
“Ternyata asumsi itu tidak tepat gitu loh, karena Jokowi rentan kalah menghadapi Prabowo karena terlalu bersaing banget dan akhirnya Jokowi memajukan Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Ketika memilih Ma’ruf Amin dengan rekam jejaknya, riwayat hidupnya itu, pengalaman kerjanya dan kebutuhan figur Islam, otomatis langsung Jokowi sudah dipegang kemenangannya itu sejak awal ditetapkan (Jokowi-Ma’ruf Amin),” ucap Efriza kepada HaloSultra.com melalui panggilan telepon, Sabtu (10/6/2023).
“Beda kalau Jokowi memajukan Mahfud MD. Itu beda banget, makanya Mahfud MD digeser, diujung waktu” lanjutnya menegaskan.
Lanjut Efriza, begitu juga fenomena Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memilih didampingi Muhammad Jusuf Kalla (JK) di Pilpres 2004. Jelas, JK yang membantu kekuatan dari SBY dan JK pula yang membantu Jokowi untuk meyakinkan ke publik bahwa Jokowi itu pantas dipilih sebagai presiden karena bersanding dengan dirinya di Pilpres 2014.
“Begitu juga Boediono yang membantu SBY di Pilpres 2009 karena sosok ekonom. Artinya figur Cawapres tidak bisa diabaikan dan kalau kita lihat di antara ketiganya (Anies-Prabowo-Ganjar) figur Cawapres menjadi penentunya,” ucapnya.
Dosen Ilmu Politik disejumlah universitas di Indonesia ini meyakini bahwa para Capres maupun partai koalisi untuk Pilpres 2024 meyakini bahwa sosok Cawapres punya peranan yang sangat penting dalam memenangkan Pilpres. Makanya hingga kini mereka belum menentukan sosok Cawapres.
Seperti Anies Baswedan yang kini posisi elektabilitasnya terlihat menurun membutuhkan sosok Cawapres. Menurut Efriza, elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta ini bisa dinaikkan dengan sosok Cawapres.
“Anies menurun karena Anies secara ideologi diragukan dalam hal Pancasila-nya, ia lebih kuat dalam unsur Islamnya, dalam hal kepemimpinannya pun juga diragukan, maka butuh figur Cawapres,” terangnya.
Demikian juga Prabowo harus berhati-hati dalam menentukan Cawapres walaupun elektabilitas kerap mendominasi Capres lain, perolehan suaranya bisa drop jikalau salah dalam menentukan wakil.
“Kalau figurnya salah, bisa jadi Prabowo kalah lagi. Ini adalah fakta nyata, waktu itu Sandiaga Uno Wapres dari Prabowo tidak bisa mengalahkan figur Ma’ruf Amin dan saat itu figur Sandiaga belum dianggap cocok sebagai Cawapres. Jadi terlalu dipaksakan. Nah ini membuktikan kebutuhan Cawapres sangat tinggi,” jelasnya.
**/mus
Tinggalkan Balasan