MUNA – Tradisi karia merupakan salah satu ritual adat di masyarakat Suku Muna di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dilaksanakan turun temurun.

Ritual karia ini diperuntukan bagi kalambe stau gadis yang bermakna pembersihan atau penyucian diri sebagai tanda bahwa sang gadis yang di karia sudah dewasa dan siap menikah.

Dalam prosesnya, kalambe yang sudah mengalami menstruasi pertamanya wajib di kahombo atau dipingit sebelum menjalani pernikahan.

Masyarakat Muna mengartikan tradisi karia ini sebagai sarana untuk menempa diri para gadis agar memiliki kepekaan dan pengendalian diri.

Suriata dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Nilai-nilai Budaya Karia dan Implikasinya dalam Layanan Bimbingan dan Konseling” (2013) mengungkapkan tanggungjawab orang tua terhadap anaknya tercermin dalam sebuah ujaran, “Kadekiho polambu, ane paeho omandehao kofatawalahae ghabu,” yang berarti jangan engkau menikah sebelum engkau memahami empat penjuru/sisi dapur.

Baca Juga:  Asprov KSMI Sultra Serahkan Mandat Pengurus Askab Muna

Mereka yang telah menjalani rangkaian ritual ini dianalogikan telah mengalami kelahiran kembali, seperti bayi yang baru lahir dan suci.

Layaknya buah yang sudah matang, para gadis yang sudah menjalani proses karia juga dalam keadaan matang baik pola pikir maupun perilaku serta siap menjadi ibu rumah tangga.

Dalam ritual ini, gadis ditempa fisik dan mentalnya, serta diberi pendidikan kebersihan, pendidikan kesucian, dan pendidikan akhlak melalui beberapa tahapan dalam ritual tersebut (Ardin dkk., 2017).

Upacara adat Karia juga berfungsi sebagai sarana sosialisasi orang tua bahwa anak perempuannya telah memasuki status baru sebagai anak gadis yang siap dipersunting sebagai istri.

Baca Juga:  Pamit Mancing Ikan, Pensiunan PNS di Muna Ditemukan Meninggal di Rawa

Para kalambe wuna atau gadis muna yang menjalani masa pingitan akan ditempatkan dalam satu ruang gelap atau minim cahaya sebagai simbol suasana kegelapan dan ketenangan dalam kandungan ibu.

Dalam ruangan tertutup itu, ia akan menerima berbagai petuah dan ajaran tentang kehidupan, baik sebagai seorang anak, anggota masyarakat, maupun sebagai calon istri dan ibu.

Makna lain karia yakni ribut atau keramaian karena dalam setiap perhelatan ritual karia ini selalu diwarnai dengan keramaian.

Sehingga pada puncak upacara ritual karia disajikan Tarian Linda yang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada para penonton yang telah membantu kelancaran acara dan rasa syukur kepada para peserta karia yang telah melewati tahapan ritual yang begitu rumit.

**/bs