Tradisi Kaago-ago, Ritual Penolak Wabah Penyakit Masyarakat Muna di Sultra
HaloSultra.com – Tradisi Kaago-ago merupakan salah satu tradisi budaya di masyarakat suku Muna di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang masih dilestarikan.
Kaago-ago sendiri berasal dari bahasa Muna yang bermakna pengobatan atau pemulihan kondisi kampung.
Dilansir dari laman Liputan6.com, jauh sebelum itu, masyarakat Muna sudah meyakini Tuhan Yang Maha Esa tidak hanya menciptakan manusia namun juga ada kekuatan makhluk yang tak kasat mata, seperti jin yang hidup berdampingan dengan manusia.
Keberadaan makhluk tak kasat mata itu dipercayai bisa menebar wabah penyakit dan atau membawa petaka seperti gagal panen saat musim tanam.
Untuk menjaga hal tersebut tidak terjadi, maka berdoa dengan tulus meminta pertolongan Sang Pencipta menjadi solusi yang niscaya.
Diawali dengan berkumpulnya masyarakat kampung di lapangan terbuka, biasanya ada hidangan sederhana untuk dimakan bersama. Warga juga akan mengundang penduduk yang tinggal di kampung lain.
Pelaksanaan Kaago-ago akan dipimpin pemuka adat dan agama yang yang akan memimpin jalannya ritual. Bahkan omongan mereka dipercayai dan sering dibuktikan bertuah, bahkan ketika memanjatkan doa tertentu.
Selama proses itu, secara bergantian pemuka adat dan agama merapal doa. Meminta perlindungan, keselamatan dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa.
Salah seorang warga Muna, Nur Arduk, menyatakan kaago-ago digunakan leluhur untuk meminta kepada Tuhan, bukan melalui perantara makhluk lain, sebab itu syirik. Namun, permohonan dilindungi dari mahluk lain yang menghuni tanah, bebatuan, dan hutan.
“Tetap berdoa kepada Allah, tetapi dengan cara leluhur. Kami melihat, itu tidak bertentangan dengan agama selama doa dan harapan hanya bertumpu kepada Allah sang pencipta,” ujar Nur Arduk.
Ritual ini dipercaya bisa membina pertalian dengan mereka melalui perantaraan salah seorang tokoh adat di kampung. Sebagian masih percaya, mereka berperan penting selamat dari wabah penyakit atau panen dengan hasil melimpah di kebun.
Dalam abstrak penelitian La ode Aris yang dipublikasi melalui jurnal Universitas Gadjah Mada, disebutkan ritual Kaago-ago adalah ritual yang diadakan sebelum pergantian musim, dari musim timur ke musim barat atau sebaliknya, dari musim barat ke musim timur, untuk mencegah penyakit pada manusia, dalam wujud melakukan hubungan pertalian dengan agen-agen tertentu yang bukan manusia, tetapi jin dan setan, agar mereka tidak mengganggu manusia, atau munculnya penyakit pada manusia yang merupakan akibat dari ulah perbuatan mahkluk-mahkluk halus tersebut.
Tradisi Kaago-ago atau ritual pencegahan penyakit ini dilakukan karena pada saat pergantian musim, umat manusia merasa tidak nyaman, tertekan, panik, dan lain sebagainya. Untuk itu, mereka melakukan suatu strategi dengan cara menyiasati keadaan, sehingga dapat mengatasi suatu kondisi yang labil.
Menurut La de Aris, ritual Kaago-ago memiliki makna bagi kehidupan orang Muna pada Masa kini. Secara umum dapat dikatakan bahwa, makna perilaku ritual Kaago-ago mengandung nilai dalam kehidupannya yang berkaitan dengan bagaimana manusia dapat memperlakukan dan melayani makluk ciptaan Tuhan lainnya sama dengan dirinya sendiri.
Sementara itu, makna yang terkandung dalam materi-materi ritual, berkaitan langsung dengan padangan hidup, karakter manusia, aturan hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang harus dipatuhi dalam kehidupannya.
Dan ritual Kaago-ago dalam penelitian La ode Aris ini meliputi fungsi religius dan fungsi sosial. Fungsi religius dapat selamat atau terhindarnya manusia dari penyakit, tercapainya ketenangan jiwa, dan terjadinya hubungan baik antara manusia dengan makluk halus. Sedangkan, fungsi sosial yaitu terciptanya solidaritas sosial, kontrol sosial, edukatif dan intergaratif.
**/lsr/liputan6
Tinggalkan Balasan