KENDARI – Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menempati urutan teratas sebagai calon presiden (Capres) hasil Musyawarah Rakyat (Musra) XIX di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (22/2/2023) kemarin.

Airlangga Hartarto memperoleh 346 suara atau 21,98 persen. Disusul Prabowo Subianto 298 atau 18,93 persen dan Ganjar Pranowo 283 atau 17,98 persen.

Pengamat Politik, Efriza mengatakan hasil Musra Sultra tersebut menunjukkan realitas dinamika politik yang sedang direspons oleh Relawan Jokowi.

Nama Ganjar yang biasanya berada di posisi pertama malah terlempar diposisi ketiga. Menurut Efriza, nama Airlangga berada diposisi pertama, ini cukup mengejutkan karena calon presiden yang direkomendasi di Musra adalah figur yang berada dalam papan bawah degradasi sebagai Capres. Ia bahkan mengalahkan tiga calon dengan elektabilitas tinggi dari berbagai hasil survei.

Musra ini juga menunjukkan ada realitas yang mereka pelajari dan mereka melakukan langkah taktis.

Lanjut Efriza, Musra Indonesia sedang berupaya memengaruhi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), agar tetap menjadi barisan koalisi, tidak tergabung dengan Koalisi Indonesia Raya (KIR) apalagi Koalisi Perubahan.

Baca Juga:  Presiden Partai Perubahan Tiba di Sultra, Dijadwalkan Kukuhkan Pengurus DPW-DPD

“Dengan memunculkan nama Airlangga, akan memberikan dorongan juga keyakinan bahwa KIB punya calon sendiri yang layak dari tiga partai yang tergabung didalamnya,” ucap Efriza kepada HaloSultra.com, Kamis (23/2/2023).

Dosen Ilmu Politik beberapa kampus di Indonesia ini mengungkapkan munculnya nama Airlangga akan membuat Partai Golkar lebih percaya diri mengusung Airlangga sebagai Capres. Partai Golkar merasa memperoleh dukungan tambahan yang besar dari “perahu besar” Relawan Jokowi, sehingga KIB punya sosok Capres potensial yang patut diperhitungkan meski elektabilitasnya di papan degradasi dalam hasil survei.

Hasil Musra Indonesia juga, lanjut Efriza, dapat mempengaruhi PDIP.

Ini akan dipelajari oleh PDIP, akan turut memberi dampak dilema bagi partai, sebab mengusung Ganjar Pranowo tetapi dukungan Relawan Jokowi sudah menyusut tajam ketika Ganjar tidak lagi jadi pilihannya, sedangkan mengajukan Puan Maharani potensi menangnya kecil.

“Inilah kecerdasan dari hasil Musra Relawan Jokowi, mereka dapat memengaruhi KIB, juga dapat menekan PDIP, yang sedang berada dalam kesombongan sebagai partai pemerintah, PDIP yang berusaha memperlambat penentuan sosok yang akan dicalonkan dan juga mengabaikan peran relawan karena dianggap tidak penting, akan mulai cemas,” Efriza menambahkan.

Baca Juga:  KPU Sultra Gelar FGD, Susun Laporan Evaluasi Pelaksanaan Pilkada 2024

Lebih jauh menurut Efriza, hasil Musra ini seperti tamparan ke muka ‘banteng moncong putih’ yang mengabaikan peran Relawan Jokowi, direspons balik oleh mereka dengan melempar Ganjar Pranowo sebagai Capres dari hasil Musra.

“Jika akhirnya, PDIP berkoalisi dengan KIB, maka kemungkinan, dapat saja akan memilih memasangkan Ganjar-Airlangga yang hasil dari beberapa survei berpotensial besar menang, juga utamanya kuat bersaing dan bertarung jika koalisi perubahan mengusung Anies-AHY. Jika ini yang terjadi, Musra Indonesia telah berhasil menjadi bagian aktor penentu dan menunjukkan kepada PDIP bahwa partailah yang membutuhkan mereka bukan sebaliknya. Ini adalah langkah taktis yang dilakukan dari Relawan Jokowi di Musra,” jelas Efriza. ***