Kuota Serapan Gabah Petani di Bombana Habis, Begini Tanggapan Mentan
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menanggapi soal terhentinya pembelian gabah petani di Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) akibat kuota serapan gabah di wilayah itu telah habis.
Terkait hal tersebut, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman meminta agar Perum Bulog untuk terus menyerap gabah petani.
Dikatakan Mentan Amran, bahwa dalam kurun waktu 10 bulan, Bulog telah menyerap 3 juta ton gabah. Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu yang sebelumnya menyerap 1 juta ton per tahun.
Meski demikian, Amran mengingatkan tingginya serapan gabah petani tidak boleh menjadi alasan untuk menghentikan proses penyerapan ke depan.
“Tolong lanjutkan [m(Bulog menyerap gabah petani). Kami sudah wanti-wanti, lanjutkan,” kata Amran dalam rapat koordinasi percepatan pelaksanaan program hilirisasi komoditas prioritas perkebunan di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (22/9/2025).
Untuk itu, Amran meminta Direktur Utama Bulog Ahmad Rizal Ramdhani untuk tidak membatasi penyerapan gabah petani dengan alasan kuota.
“Ada ini Pak Dirut (Bulog), insya Allah. Bulog-nya beritahu nggak ada istilah kuota habis, nggak ada. Harus jalan terus. Pemerintahan harus jalan terus. Ini yang saya khawatiri, kalau perlu menyurat lagi Pak Dirut,” ujarnya.
Langkah ini dilakukan agar penyerapan hasil panen oleh Bulog tetap berlanjut untuk menjaga stabilitas harga dan melindungi kesejahteraan petani.
“Iya dong (Bulog harus menyerap gabah petani), nggak boleh (berhenti). Itu harus terus. Kasihan petani kita,” ujarnya.
Mulanya, Amran menerima laporan dari seseorang Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara yang mengeluhkan bahwa Bulog tak lagi membeli hasil gabah petani, lantaran kuota Bulog yang sudah habis.
Kondisi ini, kata dia, membuat harga beras di Kabupaten Bombana mengalami fluktuasi.
“Yang paling tren pada hari ini, saya dapat kabar dari Kabupaten Bombana. Petani kita, khususnya petani sawah, sekarang lagi mengeluh karena Bulog tidak lagi membeli. Karena kuotanya habis, sehingga Bulog tidak lagi membeli padi petani, gabah-gabah petani. Sehingga harga mulai sudah terfluktuasi,” ungkapnya.
Sebelumnya, Perum Bulog menyatakan kegiatan penyerapan gabah dan beras dalam negeri masih terus berjalan.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Prihasto Setyanto mengatakan bahwa pihaknya senantiasa melaksanakan penyerapan gabah dan beras sesuai penugasan pemerintah.
Prihasto menuturkan, sebagai operator berkomitmen untuk menjalankan penugasan dari pemerintah, Bulog memiliki tugas untuk melindungi harga di tingkat petani, maupun menjaga ketersediaan, keterjangkauan dan stabilisasi harga pangan di tingkat konsumen.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2025 (Inpres 6/2025), Bulog mendapat tugas mengadakan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 3 juta ton setara beras. Adapun saat ini, target tersebut telah tercapai.
“Prinsipnya, untuk CBP Bulog bekerja berdasarkan regulasi dan penugasan yang diberikan Pemerintah. Namun di luar itu, Bulog tetap melakukan penyerapan gabah dan beras melalui skema komersial,” ujar Prihasto dalam keterangan tertulis, Rabu (10/9/2025).
**
Tinggalkan Balasan