JAKARTA – Komisi VI DPR RI meminta pemerintah menambah kuota subsidi solar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan pengawasan distribusi yang ketat agar tepat sasaran.

Hal ini menjadi salah satu catatan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan PT Pertamina (Persero) di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta pada Senin, 28 Maret 2022.

“Setelah tidak ada PPKM, dulu bis yang antre cuma dua atau tiga. Tapi kan sekarang kadang-kadang sampai seratus jejeran antreannya. Dan angkutan barang juga antreannya. Harapan kami meningkatkan lagi kuota bio solar karena kebutuhannya sangat tinggi,” pinta Anggota Komisi VI DPR RI Khilmi.

Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini juga meminta Pertamina untuk selalu menyatukan lalu lintas penjualan dan kebutuhan solar di berbagai daerah, agar dapat menerapkan peraturan dan kuota yang jelas agar tidak terjadi antrean panjang di SPBU.

“Di POM bensin kan sudah ada sistem digitalisasi, itukan sudah terpantau semua, kita mobil biasa mau beli bio itukan tidak boleh. Kalaupun boleh kita harus menunjukan STNK dan dapatnya sedikit. Semua bisa dilihat sepa yang berhak mendapatkan subsidi solar atau tidak,” jelas Khilmi.

Senada, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade juga mengajukan keberatan masih langkanya solar di SPBU. Menurut Andre, antrean solar di SPBU pada dapilnya seringkali sangat panjang dan mengular.

“Faktanya solar masih mengantre, yang perlu dicatat bagaimana Perpres 191 tahun 2014 itu bisa betul dilaksanakan, Pertamina tentu tidak bisa bekerja sendiri. Harus menjunjung tinggi aparat untuk melakasanakan Perpres ini. Karena faktanya kita masih melihat antrean di SPBU secara mengular,” elas Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini.

Ia juga meminta agar ada peraturan yang lebih jelas dari pemerintah dan Pertamina terkait kendaraan yang bisa menggunakan solar subsidi.

“Mobil-mobil yang harganya lebih dari Rp500 juta jangan nganteri subsidi lagi, dan Pertamina harus berani mengusulkan itu ke BPH Migas, harus mengusulkan itu ke Menteri ESDM. Supaya betul-betul rakyat yang membutuhkan subdisi itu yang mendapatkannya. Karena Antrean yang mengular itu tidak hanya mempermainkan orang untuk mendapatkan subsidi solar, tapi juga mengganggu mobilitas, dan mengganggu pergerakan ekonomi lain,” seloroh Andre.